Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Kendati membukukan kinerja cemerlang, Bank Permata mengisyaratkan belum akan memisahkan unit usaha syariahnya (spin off). Selain alasan fokus mengejar pertumbuhan bisnis, Bank Permata menilai, Bank Indonesia (BI) masih memberikan banyak waktu, yakni hingga tahun 2023 mendatang.
Kesempatan ini, menurut Achmad K Permana, Kepala Unit Permata Syariah, akan dimanfaatkan untuk menggenjot skala bisnis. "Termasuk meningkatkan penetrasi unit usaha syariah dan kontribusinya yang saat ini masih berkisar 10% terhadap induk," katanya, Senin (26/3).
Meski belum berencana spin off dalam waktu dekat, Permata tidak akan menutup peluang itu. Manajemen terus mengkaji untung-rugi langkah strategis ini. Kajian itu antara lain model bisnis, pengembangan bisnis, ragam produk, serta mengukur waktu yang tepat untuk pemisahan unit.
Permata Syariah terbentuk sejak akhir tahun 2004. Jaringannya kini sebanyak 11 kantor cabang syariah, 254 office channeling syariah. "Yang jelas, sebelum tahun 2023 atau maksimal 15 tahun sejak terbentuknya, kami sudah spin off," terang Permana. Hingga akhir tahun 2012, Permata Syariah mengejar pertumbuhan bisnis sekitar 60% - 65%.
Tahun lalu, pembiayaan meningkat 107% menjadi Rp 3 triliun dari tahun sebelumnya, Rp 1,4 triliun. Portofolio terbesar adalah pembiayaan korporat sekitar 30%. Sisanya berupa pembiayaan pemilikan rumah (KPR) sebanyak 25%, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) 20%, dan pembiayaan kendaraan bermotor.
Pertumbuhan ini sejalan kenaikan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 112% menjadi Rp 3,7 triliun. Komposisinya, tabungan dan giro sebanyak 57%, sedangkan sisanya berasal dari deposito berjangka. Dengan berbagai pencapaian itu, manajemen mencetak laba bersih sebesar Rp 133 miliar, atau naik 41%.Dari sisi permodalan, suntikan dana Rp 200 miliar dari induk mendongkrak rasio kecukupan modal (CAR) dari 11% menjadi 16%.
Berbeda dengan UUS Permata, Bank Jatim justru sedang mempercepat proses spin off unit syariah. Bank pembangunan daerah (BPD) ini merealisasikan target jika aset menyentuh Rp 2,5 triliun. "Desember 2011, aset Bank Jatim Syariah baru Rp 350 miliar. Diharapkan menjadi Rp 550 miliar akhir tahun ini dan Rp 2,5 triliun pada 2016 mendatang," kata Aviantono Hadhianto, Pimpinan Bank Jatim Syariah, pekan lalu.
Per Desember 2011, Bank Jatim Syariah mengantongi DPK sebesar RP 197 miliar atau naik 40%. Pertumbuhan serupa juga terjadi di pembiayaan, sehingga menembus Rp 215 miliar. Sebanyak 80% di antaranya mengalir ke usaha kecil dan menengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News