Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Aturan ketat menyulitkan perbankan untuk menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR). Selain terkena dampak aturan batasan pemberian kredit alias loan to value (LTV) maksimal 70%, penyaluran KPR juga tersendat oleh kondisi perlambatan ekonomi di Tanah Air.
Karena itulah, perbankan tak muluk-muluk memasang target penyaluran KPR tahun ini. Pertumbuhan KPR diproyeksikan di bawah 20%. Padahal, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per November 2013, pertumbuhan KPR mencapai Rp 266,13 triliun atau tumbuh 29% dari periode sama 2012. Sedangkan kredit flat dan apartemen (KPA) mencapai Rp 11,99 triliun atau tumbuh 22%.
Salah satunya Bank Tabungan Negara (BTN) yang membidik pertumbuhan KPR tahun ini sebesar 17%. Ini lebih rendah dari realisasi tahun 2013 yang tumbuh 23% atau mencapai Rp 87 triliun. "Kami menargetkan pertumbuhan KPR lebih rendah karena ekonomi dalam negeri juga rendah," kata Maryono, Direktur Utama BTN, Rabu (12/2).
Tidak cuma itu, sumber pendanaan jangka panjang untuk kredit perumahan pun menghambat performa BTN. Demi menjaga likuiditas, BTN bakal menerbitkan obligasi sebesar Rp 4 triliun. BTN juga berniat melakukan sekuritisasi aset sebesar Rp 1,5 triliun untuk pendanaan KPR. "Ini sebagai alternatif pendanaan selain dari dana pihak ketiga (DPK)," katanya.
Tardi, EVP Coordinator Consumer Finance Bank Mandiri mengatakan, pihaknya berharap bisnis KPR tetap tumbuh 18% - 20% atau sama dengan tahun lalu. Sepanjang 2013, Bank Mandiri mengucurkan KPR senilai Rp 30,2 triliun atau tumbuh 18%.
Tardi bilang, tren perlambatan pertumbuhan KPR disebabkan oleh aturan LTV dan aturan rumah inden yang berlaku sejak tahun 2013 lalu.
Sebagai buktinya, pada kuartal III tahun lalu, KPR Bank Mandiri tumbuh 20%. Namun, pertumbuhannya menyusut menjadi 18% pada kuartal IV tahun lalu. Menurut Tardi, aturan baru KPR menyulitkan pengembang (developer) untuk beradaptasi. "Jadi kami pun perlu menyesuaikan target sesuai aturan baru," tambahnya.
Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Bank Danamon Indonesia, menilai, pertumbuhan KPR tahun ini bakal di bawah realisasi tahun lalu yang berhasil tumbuh sebesar 39%. "KPR mulai menurun sejak kuartal III dan kuartal IV tahun lalu karena kenaikan suku bunga kredit," imbuh Vera.
Target lebih mini dibidik Bank OCBC NISP. Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur OCBC NISP bilang, pihaknya hanya membidik pertumbuhan KPR sebesar 10%-15% tahun ini. "Tahun 2013 saja pertumbuhan KPR tidak tumbuh atau flat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News