kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank siapkan bantalan hadapi resiko kredit, laba semester II berpotensi lebih lambat


Jumat, 21 Agustus 2020 / 17:07 WIB
Bank siapkan bantalan hadapi resiko kredit, laba semester II berpotensi lebih lambat
ILUSTRASI. Nasabah bertransaksi di Bank BNI, Jakarta, Senin (27/1). Bank Indonesia memproyeksi kredit perbankan akan tumbuh di angka 10% hingga 12% pada tahun 2020. Proyeksi tersebut meningkat dari realisasi pertumbuhan kredit perbankan 2019 yang mencapai 6,08%. KON


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

BNI juga memperkirakan perlambatan laba masih akan berlanjut sampai akhir tahun karena dampak besar dari Covid-19. Bank ini sudah mengajukan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) ke regulator. 

Direktur Keuangan BNI, Sigit Prastowo mengatakan, Covid-19 mempengaruhi pertumbuhan kredit, kemampuan perseroan melakukan pemulihan atas kredit hapus buku, dan rasio kredit bermasalah. Pada akhirnya, itu juga bakal mempengaruhi perolehan laba perseroan.

Baca Juga: Mandiri Tunas Finance tertarik biayai kendaraan listrik, dua APM lakukan penjajakan

Adanya restrukturisasi dan peningkatan NPL membuat BNI harus membentuk CKPN untuk mengantisipasi resiko. "Sehingga ke depan, kita memproyeksikan profit akan tergerus cukup signifikan karena dua hal itu," ujar Sigit.

Direktur Keuangan Bank Mandiri Silvano Rumatir menjelaskan, tahun ini pihaknya berkomitmen untuk menjaga kinerja positif tahun ini, baik dari sisi kredit maupun dari perolehan laba. "Tentunya dengan mempertimbangkan kondisi recovery di semester II tahun ini,"ujarnya.

Tahun ini, Bank Mandiri akan fokus mendorong kredit pada Program Ekonomi Nasional (PEN) dan juga sektor yang berprospek baik. Tentunya, sambil fokus pada efisiensi biaya lewat akselerasi teknologi digital. Namun, bank ini hanya bereskpektasi kredit tumbuh satu digit tahun ini.

Bank Mandiri akan mendorong kredit ke usaha produktif sampai akhir tahun seperti farmasi, telekomunikasi dan perdagangan. Seiring dengan itu, bank ini juga akan terus meningkatkan biaya pencadangan sejalan dengan naiknya risiko kredit. Tercatat biaya CKPN Bank Mandiri naik hingga Rp 10,29 triliun atau sebesar 65,65% secara tahunan.  

Baca Juga: Mengenal seluk-beluk dana pensiun, dari pengertian hingga fungsinya

Suria Dharma, Kepala Riset Samuel Sekuritas memperkirakan laba bersih bank BUMN sampai ujung tahun akan tetap turun. Perkiraannya net profit semester II belum tentu lebih baik meskipun restrukturisasi sudah melandai dan permintaan kredit mulai naik. "Semester I itu, masih ditopang dari kuartal I yang belum ada efek restrukturisasi," ujarnya. 

Prediksinya, laba Bank Mandiri kemungkinan akan lebih besar tahun ini dibanding BRI yang selama ini jadi jawara. Pasalnya, restrukturisasi kredit BRI lebih besar sehingga biaya provisinya kemungkinan akan lebih besar. Apalagi, pendapatan bunga bersih bank ini di semester I sudah tumbuh negatif. 

Dari sisi saham, Suria melihat saham BBNI dan BMRI lebih menarik dari sisi valuasinya.  Namun,  BBRI dinilai tetap disukai investor karena punya bobot market capital yang sangat besar. Sampai akhir tahun, ia mematok target harga saham BBNI Rp 6.000, BMRI Rp 7.700, BBRI Rp 3.500 dan  BBTN Rp1.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×