Reporter: Mona Tobing | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Di tengah gejolak krisis global, bank-bank syariah masih berharap pertumbuhan pembiayaan konsumsi. Bank-bank syariah ini menargetkan pembiayaan konsumsi, terutama pembiayaan perumahan bisa menopang bisnis.
Bank Muamalat misalnya, menargetkan penyaluran pembiayaan konsumen hingga Rp 7 triliun dari pembiayaan hunian syariah (PHS) dan pembiayaan kendaraan di akhir tahun. Hingga September ini, portofolio pembiayaan Bank Muamalat mencapai Rp 30 triliun. Pembiayaan konsumen mencapai Rp 6 triliun. Sebanyak 60% berasal dari pembiayaan rumah, sisanya dari pembiayaan kendaraan bermotor.
Andi Buchari, Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko Bank Muamalat menjelaskan, pembiayaan PHS, bagi individu dan korporasi berasal dari bisnis perkantoran terus menanjak dengan tingkat non performing finance (NPF) atau rasio pembiayaan macet terbilang kecil, yakni di angka 3% gross NPF dan 2% net.
Soal bagi hasil dari pembiayaan perumahan yang mungkin menurun seiring penurunan suku bunga acuan alias BI rate, Andi bilang, Bank Muamalat belum berencana. "Perlu pertimbangan secara makro karena bank syariah memberikan margin tetap, padahal bisa saja dalam perjalanan terjadi krisis," kata Andi, Kamis (13/10). Saat ini margin PHS di Bank Muamalat untuk pembiayaan hunian sebesar 12% sampai 12,5%.
BNI Syariah juga fokus ke pembiayaan konsumen, khususnya untuk pembiayaan rumah dengan nama BNI IB Griya. Pembiayaan konsumen ini menyumbang sekitar 40% dari total pembiayaan. BNI Syariah optimistis, hingga akhir tahun mampu meraih sekitar Rp 500 miliar dari pembiayaan rumah.
Hingga Agustus lalu, BNI Syariah mencatat total pembiayaan di posisi Rp 5 triliun. Sekitar 50% berasal dari total portofolio pembiayaan konsumen BNI Syariah berasal dari IB Griya. Sisanya mengalir ke pembiayaan kartu dan kendaraan. "Kami memang fokus di konsumen, khususnya di perumahan dengan harga Rp 100 juta sampai Rp 500 juta," terang Bambang Wijanarko, Direktur BNI Syariah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News