Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun pertumbuhan kredit masih mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memamaparkan, pada Oktober 2020 realiasi kredit terkontraksi sebesar -0,47% secara year on year (yoy).
Tapi, OJK juga bilang bahwa pada periode itu, jumlah kredit baru perbankan sudah sebesar Rp 130,92 triliun.
"Kontraksi kredit perbankan lebih banyak disebabkan menurunnya kredit modal kerja dampak masih tertekannya permintaan pada sektor usaha," kata Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK Anto Prabowo dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Kamis (26/11).
OJK menjelaskan pihaknya bakal mendorong intermediasi perbankan pada beberapa sektor usaha yang mulai kembali pulih seperti asuransi dan dana pensiun, jasa penunjang perantara keuangan, industri kimia, farmasi dan obat tradisional, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib serta sektor pengadaan air, pengelohan sampah, limbah dan daur ulang.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso sebelumnya menjelaskan, tren permintaan kredit yang melambat bisa tercermin dari jumlah baki debet 100 debitur perbankan terbesar di Indonesia. Dari jumlah itu, mayoritas debitur terbesar atau 57 debitur mengalami penurunan baki debet sebanyak 11,35% sementara 43 debitur lainnya mencatatkan rata-rata kenaikan 27,39%.
Baca Juga: Dongkrak permintaan kredit, OJK: Dorong penyaluran kredit korporasi
Bila diperinci, lima debitur terbesar memang mengalami penurunan baki debet sejak Maret 2020. Antara lain PLN baki debetnya turun Rp 16,49 triliun atau turun 14,74% dari periode Maret hingga September 2020.
Kemudian, Pertamina juga menurun Rp 10,3 triliun, disusul Indonesia Eximbank (LPEI) sebesar Rp 4,8 triliun, Toyota Astra Financial Services Rp 4,7 triliun dan Bulog Rp 4,6 triliun pada periode yang sama.
Sementara itu, beberapa bank yang dihubungi Kontan.co.id mengatakan, sejauh ini kredit memang masih dalam proses pemulihan, sejalan dengan berlanjutnya pandemi yang membatasi mobilitas dan mempengaruhi iklim bisnis.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang mengatakan per September 2020 total kredit BCA mencapai Rp 581,85 triliun, terkontraksi 0,6% secara year on year (yoy). Tapi kalau dirinci, dari seluruh segmen kredit BCA memang hanya kredit korporasi yang tumbuh pesat 8,6% secara yoy menjadi Rp 251,99 triliun.
"Pertumbuhan positif pada kredit korporasi menopang penyaluran kredit BCA secara keseluruhan di tengah pelemahan kredit segmen lainnya," ujar Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim kepada Kontan.co.id, Kamis (26/11).
Ke depan, pihaknya akan terus mendorong penyaluran kredit ke segmen tersebut. Hanya saja, BCA memilih untuk memberikan kredit lebih berhati-hati di tengah pandemi.
"Perseroan tetap optimis bahwa geliat perekonomian di Indonesia akan bangkit kembali seiring dengan pemulihan yang saat ini mulai berjalan disertai dengan penerapan protokol kesehatan dan berbagai kebijakan strategis dari regulator dan otoritas perbankan," imbuh Vera.
Senada, Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk Rudi As Aturridha menjelaskan kredit korporasi saat ini tumbuh positif. Tercermin dari realisasi pada akhir September 2020 yang mencapai Rp 313,6 triliun, naik 4,2% dibanding periode yang sama tahun lalu.
"Melihat tren yang terjadi pada triwulan terakhir tahun lalu, kami berharap bisa mengeksekusi potensi-potensi pembiayaan yang masih terbuka," katanya.
Baca Juga: Begini saran ketua OJK agar permintaan kredit bisa naik
Adapun, sektor-sektor yang bakal didorong oleh perseroan antara lain telekomunikasi, FMCG, serta sektor farmasi dan jasa kesehatan yagn dinilai lebih kebal dari dampak pandemi Covid-19.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) pun meyakini kredit korporasi punya ruang yang cukup untuk tumbuh. Meski begitu, bila merinci pada laporan keuangan perseroan, realisasi kredit korporasi BRI memang turun 6,94% yoy menjadi Rp 182,3 triliun.
Hal ini disebabkan menurunnya realisasi kredit untuk perusahaan plat merah (BUMN) sebanyak 14,77% pada akhir September 2020 lalu. Sekretaris Perusahaan Bank BRI Aestika Oryza Gunarto menjelaskan, penurunan itu terbilang wajar.
Pasalnya, fokus bisnis BRI saat ini adalah segmen UMKM, terlihat dari portofolio kredit UMKM BRI yang mencapai 80% dari total kredit perseroan. "Ke depan porsi itu pun akan kami tingkatkan hingga 85%. Di sisi lain, BRI akan tetap menyalurkan kredit korporasi namun pertumbuhannya tidak akan setinggi kredit UMKM," pungkas Aestika.
Selanjutnya: Dongkrak permintaan kredit, begini saran OJK
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News