Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan yang tengah lesu di tengah pandemi virus corona (Covid-19) diperkirakan sedikit terdorong dengan adanya penjaminan kredit kerja yang diberikan pemerintah terhadap segmen UMKM yang terdampak pandemi tersebut.
Jaminan kredit modal kerja itu telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) diterbitkan pada 11 Mei 2020 lalu. Penjaminan akan dilakukan lewat Jamkrindo dan atau Askrindo.
Baca Juga: BRI dapat komitmen pinjaman luar negeri senilai US$ 1 miliar
Berdasarkan data yang dihimpun Kontan.co.id, total anggaran yang disiapkan pemerintah untuk penjaminan modal kerja UMKM itu mencapai Rp 6 triliun untuk membayar imbal jasa penjaminan yang dilakukan dan cadangan penjaminan.
Pemerintah melihat segmen UMKM tidak cukup hanya dibantu sampai pada restrukturisasi kredit saja. Usai pelonggaran kredit tersebut, para pelaku di segmen ini harus dibantu lagi dengan penyediaan modal kerja baru untuk kembali beroperasi saat Covid-19 mereda. Sementara bank tidak akan berani memberikan kredit baru karena mengantisipasi resiko macet. Itulah sebabnya kredit modal kerja itu akan dijamin pemerintah.
Ferdian Satyagraha, Direktur Keuangan Bank Jatim menilai kebijakan penjaminan kredit modal kerja itu sangat baik tidak hanya bagi debitur UMKM tetapi juga bagi bank. "Bank bisa meningkatkan kredit dengan mitigasi risiko lebih baik," katanya pada Kontan.co.id, Rabu (13/5).
Kendati begitu, penyaluran kredit tahun ini diperkirakan tetap akan lesu. Bank Jatim pun akan merevisi target penyaluran kredit tahun ini terutama di segmen korporasi. Namun, penyesuaian itu baru akan diputuskan pada Juni mendatang. Semula, bank daerah ini menargetkan kredit tumbuh 14%.
Baca Juga: Begini rincian stimulus kredit UMKM dari pemerintah dalam program pemulihan ekonomi
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga memandang, penjaminan itu bisa mendorong bank untuk menyalurkan kredit, mengingat risiko kredit yang mungkin timbul telah dapat lebih dimitigasi.
Hanya saja, Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI tidak menyebutkan seberapa besar bisa mendorong di tengah perlambatan yang terjadi sekarang.