Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Bukopin akhirnya memberikan klarifikasi mengenai penyebab meningkatnya kredit macet alias non performing loan (NPL) dalam penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) di bulan Mei tahun ini dibanding Mei tahun lalu. Peningkatan ini disebabkan banyaknya debitur KUR Bank Bukopin yang mengalami kegagalan dalam usaha.
“Penyebabnya debitur mengalami kegagalan usaha atau berpindah sektor usaha. Bisa juga pembayaran dari bouwher (pemilik proyek usaha) terlambat. Ditambah lambatnya penyaluran kredit karena kondisi politik nasional,” kata Agus Hernawan, Direktur Retail Bank Bukopin, pada KONTAN, belum lama ini.
Ke depan, Bank Bukopin akan meningkatkan collection (pengelolaan piutang) serta melakukan seleksi calon debitur KUR yang lebih ketat. Tantangan lain adalah menghilangkan persepsi yang salah di masyarakat bahwa KUR adalah charity (bantuan belas kasihan), melainkan pinjaman yang harus dikembalikan kepada bank. “Target kami NPL KUR Bukopin bisa turun dibawah 5% pada akhir tahun ini,” pungkas Agus.
Berdasarkan data Komite Kebijakan KUR Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, total KUR yang dikucurkan oleh Bank Bukopin hingga April lalu sudah mencapai Rp 1,80 triliun. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan yang kecil hanya 5,26% dibanding April 2013 yang mencapai Rp 1,71 triliun (YoY). Kenaikan ini diikuti pertumbuhan jumlah debitur KUR Bukopin dari 11.448 debitur di April 2013 menjadi 12.036 debitur di April 2014.
Adapun rata-rata KUR yang disalurkan oleh Bank Bukopin per debitur mengalami penurunan dari Rp 150,1 juta/debitur di April 2013 menjadi Rp 149,6 juta/debitur di April 2014. Sayangnya NPL KUR Bank Bukopin juga naik dari 4,2% di April 2013 menjadi 5% di April 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News