Reporter: Roy Franedya |
JAKARTA. Bergairahnya iklim investasi membuat bisnis wealth management tahun ini kian subur. Tak heran jika banyak perbankan yang tergiur menyediakan layanan bagi nasabah berkantong tebal. Yang terbaru adalah PT Bank Mutiara Tbk (BCIC)dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
Direktur Utama Bank Mutiara Maryono mengatakan kebutuhan wealth management sangat tinggi karena banyak nasabah yang ingin dilayani secara ekslusif dan memperoleh imbal hasil yang diatas rata-rata. "Bagi bank, bisnis ini akan meningkatakan DPK secara cepat," ujarnya hari ini (13/1). Tak tanggung-tanggung, tahun ini Bank Mutiara menargetkan dana kelolaan wealth management sebesar Rp 9 triliiun.
Walaupun bisnis wealth management tahun ini tumbuh namun para pengelola wealth management ini belum bisa bernafas dengan lega. Pasalnya, tahun ini perekonomian Indonesia terancam oleh tingginya inflasi yang tidak dibarengi oleh kenaikan suku bunga acuan BI rate. Pasalnya, banyak orang semakin tidak menarik untuk berinvestasi di deposito lantaran bunga yang tak naik.
Saat ini sebesar 70% nasabah welath management menginvestasikan dananya di deposito. "Tahun lalu saat inflasi 6,69% bunga deposito mencapai 7% dan deposito ada pajak 20% tentu nasabah akan mengalami kerugian," terang SVP Wealth management Bank Mandiri Inkawan D Jusi.
Selain itu, lanjut Inkawan, tantangan lain bisnis wealth management tahun ini adalah Surat Edaran BI Nomor 12/35/DPNP yang dirilis 23 Desember 2010 yang membatasi bank untuk melakukan penjualan produk asuransi melalui bank. "Padahal saat ini semakin banyak masyarakat yang mulai tertarik untuk beli produk asuransi unitlink," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News