Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menyatakan secara umum harga rights issue memang ditetapkan di bawah harga pasar saham acuannya.
“Ini memang standard practice untuk rights issue dan warrants dimana harga rights issue umumnya akan berada di bawah harga saham reguler untuk menarik minat investor. Sebagai upaya agar semua saham baru yang diterbitkan diserap oleh investor,” ujar Arjun kepada KONTAN pada Kamis (8/12).
Ia menilai rights issue BRIS ini cukup menarik terlebih berdasarkan laporan keuangan, BSI memiliki fundamental bagus. Malahan, laba bersih BRIS untuk kuartal terkini meningkat signifikan bandingkan sama kuartal ke tiga tahun lalu.
“Selain itu kinerja keuangan mereka terlihat cukup bagus dan stabil. Prediksi saya terutama di waktu jangka pendek sebelum akhir tahun, ada potensi untuk rebound.” tambahnya.
Baca Juga: Bank Syariah Indonesia (BRIS) Tetapkan Harga Pelaksanaan Rights Issue Rp 1.000
Ia memasang target harga BRIS di level Rp 1.445 per lembar saham dengan harga support Rp 1.200. Berdasarkan data RTI, BRIS memiliki price book to value (PBV) berada di level 1,89 kali.
Berdasar data Infovesta, Rata rata PBV industri perbankan saat ini 3,51 kali. Artinya, secara valuasi, BRIS masih terbilang masih murah.
Asal tahu saja, BSI mencetak pertumbuhan laba bersih 42% year on year (yoy) menjadi Rp 3,21 triliun hingga kuartal ketiga 2022. Didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) 11,86% yoy menjadi Rp 245,18 triliun.
Proporsi DPK didominasi oleh tabungan wadiah, giro dan deposito. Selain itu, pembiayaan yang tumbuh mencapai Rp 199,82 triliun atau meningkat 22,35%. Raihan ini juga didukung oleh kualitas pembiayaan sehat yang tercermin oleh NPF Nett sebesar 0,59%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News