Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merespon kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), PT Bank Central Asia Tbk (BCA) telah menaikkan bunga deposito. Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan suku bunga deposito BCA telah naik sebanyak 100 basis poin (bps) sejak Maret 2018 hingga pertengahan tahun.
Hanya saja, untuk suku bunga kredit BCA belum diputus untuk naik. Kendati demikian, pihaknya memang akan bakal menaikkan suku bunga kredit dalam waktu dekat hanya saja tidak di semua lini, melainkan beberapa segmen tertentu.
Salah satunya bunga kredit kepemilikan rumah (KPR) promo yang saat ini masih terbilang rendah di kisaran 5,6% sampai 5,88% tetap (fix) selama tiga tahun. "Tapi memang (bunga kredit) itu harus naik," kata Jahja, Senin (9/7).
Dalam menentukan naik atau tidaknya bunga KPR, BCA mengaku harus mempertimbangkan biaya campuran atau blended cost yang akan dilakukan ke depan. Ditambah lagi, masih terbukanya peluang The Fed untuk kembali menaikkan suku bunganya.
Lagi pula, menurut Jahja, walau bunga deposito sudah naik, hal tersebut belum terlalu berpengaruh terhadap kondisi margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BCA. "Kemarin yang naik deposito, tabungan tidak kami naikkan, padahal 75% DPK kami ada di tabungan. Jadi dampaknya relatif kecil makanya NIM BCA bertahan," jelasnya.
Menurut catatan Jahja, saat ini NIM BCA berada di level stabil yakni 6,01% sampai 6,02%. "Ini mesti kita lihat ke depan. AS (Amerika Serikat) serius atau tidak. Mereka bilang kan September mau naik, Desember juga mau naik. Tahun depan malah bisa dua sampai tiga kali kenaikan. Coba saja hitung berapa persen," tambahnya.
Lebih lanjut, Jahja menilai, untuk kredit konsumer memang paling sensitif ketimbang segmen lain. Saat ini keputusan mayoritas perbankan masih menahan bunga kredit, lantaran bunga kredit konsumer yang saat ini masih besar.
Namun, kalau nantinya The Fed memutuskan bunga naik maka mau tidak mau bunga BI dan ujungnya bunga kredit bank harus naik juga. "Sekarang kita masih bisa tahan bunga rendah karena biasanya bunga konsumer tinggi. Tapi kalau memang AS naik bunganya, kita harus juga," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News