Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyatakan produk uang elektronik terus tumbuh hingga paruh pertama tahun ini.
Tercatat saat ini BCA telah menerbitkan hampir 15 juta kartu uang elektronik atau Flazz BCA. Sekretaris Perusahaan BCA Jan Hendra mengungkapkan saat ini tak hanya uang elektronik berbasis kartu saja yang tumbuh melainkan juga uang elektronik berbasis server (server based) alias Sakuku.
"Kedua produk mengalami pertumbuhan cukup baik sampai semester I-2018, khusus untuk Flazz, frekuensi transaksinya naik dua kali lipat," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (6/8).
Lebih lanjut, BCA mengatakan saat ini jumlah rata-rata transaksi Flazz per bulannya sudah mencapai 27 juta transaksi. Hal ini utamanya ditopang oleh penggunaan Flazz sebagai alat pembayaran transportasi umum, terutama jalan tol.
"Transaksi di sektor transportasi masih mendominasi sampai saat ini," ungkapnya.
Sementara untuk Sakuku, kendati tak merinci secara detail, Jan Hendra menuturkan jumlah frekuensi transaksinya sudah naik 36% secara year on year (yoy).
Sedangkan untuk jumlah pengguna, tercatat meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Sayang, bank bersandi emiten BBCA ini tidak merinci besaran transaksi dan pengguna Sakuku sejauh ini.
Sebagai tambahan informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat sudah ada lebih dari 125,18 juta uang elektronik yang beredar di Tanah Air hingga Juni 2018. Jumlah tersebut meningkat drastis dari posisi Juni 2017 yang baru sebanyak 63,7 juta uang elektronik beredar alias meningkat 96,49% secara tahunan atau year on year (yoy).
Data BI juga menunjukkan volume transaksi uang elektronik di Indonesia per Januari 2018 hingga Juni 2018 sudah mencapai 1,24 triliun transaksi. Angka ini telah menembus jauh capaian sepanjang tahun 2017 sebesar 943,31 juta transaksi.
Selain itu, dari sisi nominal transaksi tercatat telah mencapai Rp 20,66 triliun. Transaksi ini sudah tumbuh 67% bila dibandingkan dengan posisi akhir 2017 sebesar Rp 12,37 triliun.
Hal ini tentunya ditopang oleh pengadaan infrastruktur uang elektronik berupa mesin pembaca (reader) yang sudah tersebar 806.000 lebih mesin hingga Juni 2018. Meningkat dari posisi sepanjang tahun lalu sebanyak 691.000 mesin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News