Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gejolak perekonomian yang terjadi selama masa pandemi Covid-19 di Indonesia ini tentu dirasakan juga oleh seluruh perusahaan di industri pembiayaan. Kini perusahaan pembiayaan harus menjalankan jurus-jurus tambahan dengan kondisi perekonomian yang semakin menantang.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan bahwa tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan pembiayaan adalah menjaga arus kas perusahaan selama masa pandemi ini.
“Bagaimana menjaga cash flow dan collection harus baik agar perusahaan bisa terus berjalan. Walaupun buying power saat ini juga menurun, tapi tetap harus ada booking yang bagus agar cash flow perusahaan ini tetap baik,” ungkap Suwandi dalam keterangannya, Kamis (24/9).
Baca Juga: Dukung pelaku UMKM, Akulaku Finance lakukan restrukturisasi pinjaman
Untuk menjawab tantangan ini, pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejatinya sudah mengeluarkan kebijakan restrukturisasi kredit bagi perbankan dan perusahaan pembiayaan.
Namun tidak hanya berhenti di situ, perusahaan juga diharapkan membuat langkah inovatif pembiayaan dengan mengembangkan kapasitas finansial dan juga peningkatan parameter manajemen risiko.
Sejalan dengan arahan tersebut, Presiden Direktur Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga menyebutkan perusahaan telah secara aktif menjalankan persiapan lengkap untuk menjawab tantangan di masa pandemi.
Persiapan pertama adalah dengan melaksanakan arahan OJK dalam melaksanakan kebijakan restrukturisasi.
Sesuai dengan arahan OJK, hingga Juli 2020, Akulaku Finance telah merestrukturisasi 13.876 debitur dengan total pinjaman mencapai Rp47,3 miliar, dari keseluruhan nasabah yang mengajukan keringanan mencapai 36.478 nasabah.
“Persiapan selanjutnya adalah dengan meningkatkan risk management melalui peningkatan parameter mitigasi manajemen risiko, dan yang ketiga adalah dengan cara memperkuat kompetensi karyawan Akulaku Finance terkait peraturan industri pembiayaan dan perlindungan konsumen,” kata Efrinal dalam keterangnnya.
Untuk menjamin kualitas materi dan tenaga pengajar yang berpengalaman di industri pembiayaan, Akulaku Finance menggandeng APPI untuk memberikan pelatihan mendalam terkait regulasi, good practice, bad practice, serta kasus-kasus yang terjadi di industri pembiayaan kepada puluhan pegawai level managerial ke atas.
Baca Juga: Akulaku sudah restrukturisasi kredit hingga Rp 47,3 miliar per Juli 2020
Dalam hal peningkatan parameter manajemen risiko, Akulaku Finance terus meningkatkan kualitas pembiayaan dengan meningkatkan akurasi data melalui verifikasi data, scoring calon debitur, asuransi atas objek pembiayaan, dan asuransi jiwa bagi nasabah.
Selain itu, peningkatan kompetensi karyawan dilakukan melalui pelatihan tentang berbagai peraturan terkait industri pembiayaan serta peraturan perlindungan konsumen.
Dua peraturan ini sangat penting untuk dijadikan patokan supaya Akulaku Finance bisa lebih meningkatkan pelayanan untuk menjaga loyalitas konsumen.
Adapun prinsip perlindungan konsumen yang dimaksud adalah transparansi informasi yang disampaikan ke konsumen secara jelas, perlakuan adil kepada konsumen untuk mendapatkan akses yang setara pada produk keuangan sesuai klasifikasi yang ditentukan, pelayanan yang andal dan akurat di mana sistem prosedur dan infrastruktur serta sumber daya manusia harus mumpuni dan profesional, menjamin kerahasiaan data pribadi konsumen, dan juga penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa konsumen secara cepat.
Semua hal tersebut tentunya akan terus ditingkatkan oleh Akulaku Finance selaku penyedia jasa pembiayaan berbasis digital yang terus mengedepankan aspek excellence dalam berbagai aspek operasionalnya.
Dengan melakukan berbagai penguatan sistem internal, sumber daya manusia, serta mengikuti arahan regulator, Akulaku Finance optimistis dapat memitigasi dampak pandemi ini.
Menanggapi langkah yang dilakukan oleh Akulaku Finance, Suwandi menilai memang sudah semestinya seluruh perusahaan pembiayaan memiliki strategi mitigasi yang baik untuk dapat bertahan di era pandemi ini.
Dirinya pun memiliki pandangan, dengan situasi dan strategi yang telah dilakukan oleh perusahaan pembiayaan saat ini, Suwandi optimistis bahwa industri multifinance dapat kembali stabil di tahun depan jika strategi yang dilakukan berjalan dengan efektif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News