Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 menyisakan sederet pekerjaan rumah bagi industri perbankan. Salah satu yang terberat adalah menjaga kualitas kredit alias non performing loan (NPL).
Sejumlah bank sudah menjalankan banyak kebijakan untuk menjaga kualitas aset produktif. Salah satunya PT Bank Mandiri Tbk yang mengaku cukup optimistis sejauh ini bahwa strategi yang disiapkan bisa efektif meredam laju NPL.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha menjelaskan beberapa strategi tersebut antara lain dengan melakukan proses restrukturisasi kredit berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 11 tahun 2020. Di luar itu pihaknya juga memantau kredit kinerja debitur-debitur baik secara individu maupun portfolio.
"Kami juga mengarahkan kredit ke sektor-sektor yang masih prospektif. Termasuk yang menjadi sasaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN)," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (25/11).
Baca Juga: Penurunan suku bunga tak langsung berdampak ke emiten properti dalam jangka pendek
Memakai strategi tersebut, bank bersandi bursa BMRI ini meyakini NPL akhir tahun bisa dijaga pada kisaran 3,5%-3,6%.
Sebagai gambaran saja, per September 2020 lalu total NPL Bank Mandiri ada di level 3,33%, angka tersebut mengalami peningkatan sekitar 80 basis poin (bps) secara year on year (yoy).
Berkaitan dengan hal ini, bank Mandiri sudah meningkatkan rasio pencadangan yang cukup jumbo yakni mencapai 195,5%. Jauh di atas rata-rata industri yang berada di kisaran 173,5% per Semester I 2020.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga punya strategi serupa. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto bilang hingga akhir tahun pihaknya akan menjaga NPL di level 3%. Adapun, strategi pengelolaan NPL di BRI antara lain dengan tumbuh selektif serta aktif melakukan restrukturisasi terhadap debitur terdampak pandemi.
Bukan cuma itu, ada beberapa langkah lain yang tengah dan akan dilakukan perseroan. Pertama, pembentukan satuan tugas (task force) penanganan NPL di kantor wilayah dan kantor cabang BRI di seluruh Indonesia.
Kedua, pengembangan sistem informasi. Ketiga, kerjasama dengan pihak ketiga seperti PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) hingga balai lelang swasta, agen properti dan Kejaksaan untuk mempercepat proses penyelesaian kredit macet.
Tidak berhenti di sana, BRI juga akan menggelar event pemasaran agunan lelang. "Termasuk optimalisasi penanganan NPL dan ekstra komptabel," katanya.
Sebagai informasi saja, per September 2020 total NPL BRI ada di level 3,02%. Realisasi itu memang meningkat dari periode setahun sebelumnya sebesar 2,96%. Adapun posisi pencadangan BRI hingga akhir Kuartal III 2020 sudah mencapai 215% meningkat drastis dari akhir tahun 2019 yang sebesar 166,6%.
Baca Juga: Jaga kinerja, bank-bank getol melakukan efisiensi
Sementara itu PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) telah beberapa kali menggelar asset sales festival untuk mempercepat pemulihan aset atau recovery asset.
Dalam keterangan resminya Direktur Utama Bank BTN Pahala Nugraha Mansury menjelaskan lewat strategi semacam ini di kuartal III 2020 perseroan berhasil menurunkan NPL net di level 2,26% dari posisi setahun sebelumnya 2,33%.
Dengan penjualan aset bermasalah ini, kata Pahala, perseroan berharap bisa menurunkan NPL di bawah 2%. “Salah satu fokus selama tahun 2020 dan tahun 2021 adalah penjualan aset yang membebani rasio kredit macet perseroan,” terangnya.
Sebagai informasi, BTN akan terus melakukan penjualan aset-aset bermasalah yang tahun ini nilainya mencapai Rp 11,6 triliun. Adapun dari jumlah tersebut aset yang sudah siap untuk dijual sekitar Rp 7 triliun dan ditargetkan tahun ini bisa terjual sekitar Rp 2 triliun.
Selanjutnya: OJK Perketat Perpanjangan Restrukturisasi Kredit yang Terimbas Pandemi Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News