Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 telah menekan kinerja perusahaan pembiayaan. Hingga Mei 2021 saja, pembiayaan multifinance terkoreksi 13,6% menjadi Rp 362,71 triliun.
Guna mengantisipasi penurunan lebih besar, industri multifinance mesti menyiapkan berbagai strategi untuk bertahan. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menyebut, ada tiga strategi yang perlu mereka siapkan.
"Pertama, perusahaan pembiayaan harus melakukan efisiensi biaya," kata Ketua APPI Suwandi Wiratno, pada webinar bertajuk Asset Recovery Strategy During Pandemic, Senin (26/7).
Baca Juga: Ada PPKM, restrukturisasi kredit multifinance berpotensi kembali naik
Kedua, perusahaan multifinance harus mencari peluang sumber dana baru selain bank. Ketiga, melakukan penyeleksian debitur secara ketat, seperti menggunakan sistem layanan informasi keuangan (SLIK).
Ini merupakan sistem informasi yang berfungsi sebagai sarana pertukaran informasi kredit antar lembaga jasa keuangan. Tujuan SLIK adalah menyediakan informasi terkait profil debitur bank dan lembaga keuangan lain.
Melalui SLIK, riwayat kredit debitur akan tercatat. Jika debitur memiliki sejarah kredit yang buruk, maka mereka akan sulit mendapat pinjaman dari multifinance.
Selain SLIK, perusahaan juga bisa menggandeng Pefindo biro kredit. Lembaga ini menyediakan sistem Pefindo Score yang berisikan laporan lengkap tentang debitur dari identitas diri, perkreditan dan kewajiban transaksi.
Baca Juga: Ekonomi nasabah terganggu, penarikan kendaraan oleh multifinance masih marak
Selanjutnya, Pefindo Alert yang secara otomatis menjadi parameter kredibilitas debitur sesuai dengan kebutuhan. Pefindo Profilling, berisikan laporan statistik berdasarkan demografi debitur pada level portofolio.
Lalu Pefindo SME Grading, laporan khusus tentang identitas dan kredibilitas debitur dari UMKM.
Selanjutnya: PPKM diperpanjang, kemampuan bayar nasabah multifinance bisa terdampak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News