Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati bunga deposito terus melandai pasca Bank Indonesia (BI) memangkas bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRRR), laju simpanan berjangka tetap meningkat. Menurut data BI, per Januari 2021 total deposito perbankan masih tumbuh 6,4% secara year on year (yoy) menjadi Rp 2.683,7 triliun.
Meski begitu, bila dirinci pertumbuhan tersebut mayoritas masih disumbang oleh deposito perbankan. Sementara deposito dalam mata uang asing alias valas justru terkontraksi. Masih dalam data yang sama, BI mencatat total deposito valas terkontraksi 3,2% yoy menjadi Rp 301,4 triliun. Melanjutkan penurunan di bulan sebelumnya sebesar 5,3% yoy.
Wajar, deposito valas memang kurang diminati oleh nasabah lantaran bunganya yang lebih rendah. Menurut data Laporan Harian Bank Umum (LHBU) per 17 Maret 2021, rata-rata bunga deposito valas tertinggi hanya sebesar 0,64% untuk tenor 12 bulan. Sedangkan terendah yakni tenor 1 bulan sebesar 0,58%.
Selain itu, beberapa bank besar yang dihubungi Kontan.co.id, Kamis (18/3) mengatakan kalau deposito valas bukan menjadi incaran. Lantaran sebagian besar kredit yang disalurkan bank di Tanah Air tetap dalam mata uang rupiah.
Baca Juga: Bank Memberikan Layanan Personal untuk si Kaya Milenial
Belum lagi, menurut Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan, sebagian besar bank termasuk perseroan lebih memilih untuk menjaring dana murah (current account and saving account/CASA) untuk memperkuat efisiensi.
Namun, bukan berarti porsi deposito valas dikurangi tetapi mengikuti kebutuhan nasabah. "Mayoritas kebutuhan nasabah untuk pinjaman masih di rupiah, jadi DPK kami juga tetap fokus ke mata uang rupiah," ujarnya.
Saat ini porsi valas di CIMB Niaga juga masih minim yakni hanya sekitar 20% dari total DPK.
Sebagai informasi tambahan per Januari 2021 total deposito CIMB Niaga telah mencapai Rp 77,12 triliun menurut laporan keuangan bulanan. Realisasi tersebut meningkat 14,4% dari periode setahun sebelumnya sebesar Rp 67,4 triliun.
Hal serupa juga terjadi di PT Bank Mandiri Tbk yang mencatat deposito valas menurun sebesar 7,8% secara tahunan di akhir Januari 2021 menjadi Rp 30,6 triliun. Berbanding terbalik dengan total DPK Bank Mandiri yang naik 11,3% yoy menjadi Rp 881,5 triliun di periode yang sama.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Atturidha menjelaskan, porsi deposito valas saat ini relatif kecil yakni hanya 11,3% dari total deposito. Meski begitu, posisi tersebut menurut bank berlogo pita emas ini masih sangat mencukupi. Sebabnya, tingkat loan to deposit ratio (LDR) valas masih berada pada level yang longgar sebesar 93,38%.
Di sisi lain, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) justru mengatakan posisi deposito valas tetap membaik. Walau tidak merinci, Sekretaris Perusahaan Bank BRI Aestika Oryza Gunarto menjelaskan posisi deposito valas BRI masih tumbuh hingga akhir Februari 2021 dibandingkan periode Desember 2020.
Sementara dari sisi porsinya pun relatif mini, yakni hanya 21,96% dari total deposito BRI secara total. "Sementara bila dibandingkan dengan total simpanan (DPK) BRI, porsi deposito valas tercatat sebesar 8,58%," terangnya.
Menurut Aestika, kendati tingkat bunga simpanan kian melandai, deposito valas masih berpotensi tumbuh. Hanya saja pihaknya tidak mematok pertumbuhan secara spesifik, alias hanya dijaga positif mengikuti rencana kerja BRI termasuk proyeksi likuiditas BRI ke depan.
Selanjutnya: Penurunan biaya dana di 2021 tak akan semasif tahun lalu, ini sebabnya menurut bankir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News