Reporter: Mona Tobing | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Perkembangan industri pembiayaan pada tahun depan memang banyak hambatan dari regulasi, seperti aturan uang muka dan pendaftaran fidusia. Namun, sejumlah multifinance tetap mematok pertumbuhan tinggi. Mereka berharap pembiayaan kendaraan bermotor komersial tumbuh pesat seiring munculnya pengusaha kecil dan pemerataan infrastruktur.
Tahun depan, pelaku multifinance menganalisa, pembiayaan kendaraan komersial bisa tumbuh 20%. Rencana pemerintah untuk terus membangun infrastruktur bakal mendorong pengusaha berinvestasi pada alat kerja berupa kendaraan bermotor. Kebutuhan kendaraan bermotor untuk kegiatan produktif juga semakin banyak karena pengusaha mikro yang naik kelas.
"Debitur atau pengusaha tidak akan berhenti berinvestasi pada modal kerja. Kebutuhan kendaraan komersial tetap ada," kata Yoga Aryanto, Assistant Vice President PT BFI Finance, akhir pekan lalu.
Berdasar hal itu, BFI Finance menargetkan pembiayaan sebesar Rp 8 triliun pada tahun depan, tumbuh 15%-20% dari perkiraan tahun ini Rp 7 triliun. Dari jumlah itu, 48% untuk mobil bekas, 26% kredit alat berat, mobil baru sebesar 16%, dan motor 10%. Dari total penyaluran pembiayaan untuk roda empat, BFI mematok 50% berasal dari pembiayaan kendaraan komersial.
Yoga menambahkan, kendaraan komersial yang memiliki permintaan tinggi pada tahun depan antara lain pick up, truk ukuran menengah, dan angkutan umum. "Kebutuhan truk tronton kemungkinan juga semakin besar karena semakin banyak yang diperlukan untuk menyalurkan material pembangunan infrastruktur," terang Yoga.
MI Aftoni, Deputi Direktur PT Arjuna Finance, menargetkan pembiayaan tumbuh 20% dari tahun ini, atau menjadi Rp 925 miliar. "Pembiayaan kendaraan komersial juga bakal tumbuh pesat, sedikitnya 20%," kata Aftoni.
Alasannya, debitur kendaraan komersial tahan dari aturan uang muka dan kenaikan harga bahan bakar minyak yang diperkirakan terjadi pada tahun depan. Mengingat, debitur tersebut memiliki kemampuan cukup dan memang butuh kendaraan komersial sebagai modal kerja.
Arjuna Finance membidik segmen debitur mikro yang berasal dari pertanian, perdagangan, perikanan, dan angkutan umum. "Tapi kami tidak akan membiayai debitur di pertanian yang berbasis komoditas seperti kakao dan sawit, karena fluktuasinya tinggi," jelas Aftoni.
Mengingatkan saja, multifinance komersial yang melayani pembiayaan kendaraan harus mematuhi aturan uang muka sebesar 20%-25% sejak Juni 2012. Tahun depan, aturan itu juga akan berlaku pada multifinance syariah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News