Reporter: Nina Dwiantika, Roy Franedya | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan Bank Negara Malaysia (BNM) sebagai Ketua Gugus Tugas Gabungan (task force) tengah merumuskan kerangka integrasi perbankan untuk menyiapkan ASEAN Qualified Banks (QABs) di tahun 2020. Dengan menetapkan kriteria bank yang sama di negara-negara ASEAN, nanti akan ada bank yang beroperasi bebas di ASEAN.
Deputi Gubernur BI, Muliaman Darmansyah Hadad, Selasa (16/8) lalu mengatakan, BI dan BNM saat ini masih dalam koordinasi pembahasan kriteria QABs bagi perbankan. Salah satu kriteria yang tengah diwacanakan adalah, efisiensi perbankan. Nah, BI sebagai regulator akan mendorong bank-bank lokal agar lebih efisien.
Dibandingkan dengan negara efisiensi perbankan di tanah air masih sangat rendah. Hal itu terlihat dari suku bunga deposito rupiah pada bank umum yang cenderung statis dari Juni 2010 sampai Juni 2011, rata-rata masih berkisar antara 6%-7%. Sedangkan, suku bunga giro dan tabungan dalam rupiah berkisar 2%.
Salah satu sumber BI mengatakan, jika tingkat efisiensi bank masih rendah, mereka akan sulit memperoleh pendanaan di luar negeri, karena tingkat bunga deposito rendah. "Dana pihak ketiga bank di Indonesia tinggi, artinya untuk mendapatkan funding harus membayar bunga tinggi," katanya.
Melalui proses kesiapan QABs ini, bank sentral terus membenahi perbankan nasional agar lebih efisien. Sehingga mampu bersaing dengan bank-bank asing dalam skala regional.
Artinya, bank lokal harus menentukan skala usaha. Jadi, saat berekspansi keluar negeri, misalnya ke Malaysia, bank hanya menjalankan bisnis jasa pengiriman uang (remittance) dengan memanfaatkan tenaga kerja Indonesia (TKI). "Itu hanya akan menambah beban biaya bank," tambah sumber itu.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Pahala Nugraha Mansury mendukung kajian bank sentral dua negara tersebut. Menurut Pahala, perbankan lokal akan berjuang menjadi bagian QABs. Caranya, lebih meningkatkan efisiensi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News