Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perbankan Tanah Air masih menjadi incaran empuk bagi investor asing. Kali ini, bisnis uang elektronik (e-money) menjadi sasaran asing.
Sumber KONTAN berbisik, prinsipal asing sudah mengajukan izin e-money kepada Bank Indonesia (BI). Sumber itu menambahkan, prinsipal asing itu juga telah berkomunikasi dengan Kementerian Agama dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sebab, mereka ingin bermain di jaringan bisnis sektor haji dan wisata.
Nah, sebelum asing masuk, BI berupaya mendorong perbankan lokal melakukan interkoneksi dan interoperabilitas layanan e-money. Sebagai gambaran, saat ini hanya bus Transjakarta dan Kereta Api yang sudah menerapkan interkoneksi e-money terhadap sejumlah bank.
Layanan lain, semisal, tol dan toko, masih menerapkan perjanjian eksklusif dengan satu bank. Contoh, e-Toll dengan Jasa Marga, dan Flazz BCA dengan jaringan parkir Secure Parking.
"BI terus berupaya memperkuat industri e-money domestik," kata Yura A. Djalins, Deputi Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI, Rabu (11/6). Saat ini, ada delapan bank yang menjalankan bisnis e-money dan 11 lembaga non bank yang menerbitkan e-money.
Catatan BI, saat ini nilai transaksi e-money sebesar Rp 7,7 miliar per hari dengan 30 juta pengguna e-money. Nilai transaksi tersebut terdiri dari Rp 7,4 miliar per hari dari enam bank. Sisanya, Rp 200 juta-Rp 300 juta per hari berasal dari perusahaan telekomunikasi.
Proyeksi BI, konsolidasi antar penerbit e-money berpotensi mengerek nilai transaksi hingga Rp 10 miliar per hari. Konsolidasi Rico Usthavia Frans, SVP Transactional Banking Bank Mandiri mengatakan, konsolidasi e-money dengan bank Himpunan Milik Negara (Himbara) akan segera dilakukan pada kuartal IV tahun ini.
Anggota Himbara yang sudah memiliki e-money adalah Bank Mandiri, BNI dan BRI. Santoso, Kepala Divisi Kartu Kredit Bank Central Asia (BCA) mengatakan, BCA merespon baik usulan konsolidasi dari BI. Tetapi, "Sejauh ini, kami belum diajak bicara Bank Mandiri untuk kerjasama e-money," tambah Santoso.
Sejatinya, BI berupaya membuka kerjasama antara Mandiri dan BCA sejak tahun 2011 silam. Santoso mengaku, sudah mendengar prinsipal asing yang ingin berbisnis e-money yakni PT Visa Worldwide Indonesia dan MasterCard. Namun, baik BCA dan Mandiri tak khawatir dengan kedatangan asing.
BCA fokus memperluas mitra pada sektor transportasi dan ritel. Saat ini, Flazz BCA sebanyak 5,6 juta kartu dengan nilai transaksi Rp 400 miliar per tahun. Sementara, Mandiri memperkuat bisnis dengan dua cara, yakni mengoperasikan e-money dalam bentuk kartu dan telepon selular. Strategi lain, memperbanyak mitra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News