Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Kenaikan harga barang saat bulan Ramadan dan menjelang hari raya Lebaran akan turut menyumbang inflasi sebesar 1% dari faktor kekuatan pasar dan pembagian efisiensi dalam rantai harga perdagangan yang mempengaruhi margin keuntungan (profit margin).
"Kenaikan harga pangan saat bulan ramadan akan menyumbang inflasi 1% jika elastisitas harga terhadap permintaan rendah," ucap Kepala Biro Humas Bank Indonesia, Difi Ahmad Johansyah, Selasa (14/6).
Bank sentral, menyayangkan bahwa pedagang di Indonesia memanfaatkan kenaikan barang saat bulan puasa dan menjelang hari raya, padahal di negara tetangga seperti Malaysia harga tetap stabil (price control).
Beberapa kali, BI telah melakukan penelitian ke lapangan soal pengaruh kenaikan harga barang, apakah karena terbatasnya barang atau permintaan barang meningkat. Namun, dari penelitian tersebut, BI mengakui permintaan memang melonjak akan tetapi justru ketersediaan barang cukup untuk dipasarkan ke masyarakat.
Sekadar informasi, pemerintah sendiri menargetkan tekanan inflasi untuk jangka panjang akan berada di bawah 5%. Beberapa waktu lalu, target tersebut tercantum dalam kerangka percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) hingga 2025 mendatang, dengan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4%–7,5% pada periode 2011–2014, dan sekitar 8,0%–9,0% pada periode 2015 – 2025.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News