Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk ( BCA) juga menilai pelonggaran GWM itu membawa dampak positif ke industri perbankan. BCA sendiri ada mendapat tambahan likuiditas sekitar Rp 3 triliun tahun depan dari pelonggaran tersebut.
Adapun PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) akan memperoleh tambahan likuiditas sekitar Rp 1 triliun lagi tahun depan dengan turunnya GWM itu. Meski begitu, bank itu tidak terlalu agresif memasang target kredit tahun depan. "Target kredit tahun 2020 kurang lebih sama dengan tahun ini di kisaran 8%-10%," ungkap Mahelan Prabantarikso, Direktur BTN.
Penambahan likuiditas tersebut akan menambah ruang bagi BTN untuk melakukan penurunan suku bunga tahun 2020. Namun, penurunan tersebut menurut Mahelan akan dilakukan secara selektif.
Baca Juga: Simak dampak pembubaran enam produk reksadana Minna Padi terhadap pergerakan IHSG
Hingga akhir tahun ini, BTN belum ada rencana melakukan penurunan bunga kredit lantaran faktor yang menentukan penyesuaian bunga tidak hanya bunga acuan. Mahelan mencontohkan, pada tahun 2018 saat bunga acuan turun enam kali dari 4,25% jadi 6%, BTN juga tidak serta merta menaikkan bunga kredit guna menjaga resiko kredit.
Sementara Haryono Tjahrijadi, Direktur Utama PT Bank Mayapada Tbk menilai dampak kebijakan BI tersebut tidak akan signifikan dalam pelonggaran likuiditas. "Tujuan BI menurunkan GWM itu memang untuk melonggarkan kembali likuiditas disamping membuat bank lebih efisien dalam pengelolaan dananya. Namun, dampaknya relatif kecil karena hanya turun 50 basis poin," katanya.
Sedangkan dampak terhadap pertumbuhan kredit Bank Mayapada juga menurut Haryono sangat tergantung permintaan kredit dari korporasi. Dari pelonggaran GWM itu, bank ini mendapatkan tambahan likuiditas puluhan miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News