Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) punya perisai baru untuk rupiah. BI berniat memanfaatkan fasilitas swap dalam dolar Amerika Serikat (AS) dari Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) untuk menahan pelemahan kurs rupiah.
Gubernur BI Boediono mengaku, BI tengah melakukan negosiasi dengan BOJ. "Kemungkinan besar kesepakatan tersebut sudah bisa ditandatangani di bulan ini," kata Boediono, Senin (2/2). Sebagai catatan, untuk meredam imbas krisis keuangan global di Asia, BOJ menawarkan fasilitas swap dolar AS ke sejumlah negara Asia. BOJ tak membatasi nilai swap.
Boediono menjelaskan, fasilitas swap dengan BOJ tersebut dalam bentuk rupiah terhadap dolar AS. Artinya, BI akan membeli dolar dari BOJ dan membayar dengan rupiah. Tetapi hingga kini, Boediono belum mau mengungkapkan besar swap yang akan diminta Indonesia. Hanya saja pada 2005 lalu, BI pernah meneken kerjasama Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Jepang senilai US$ 6 miliar.
Menurut catatan kantor berita Bloomberg, hingga akhir Desember 2006, Indonesia memiliki kesepakatan BSA dengan China, Jepang, dan Korea Selatan. Total nilai swap dari ketiga negara itu mencapai US$ 12 miliar. Kesepakatan swap dengan ketiga negara termasuk dalam kerjasama Chiang Mai Initiative (CMI).
Boediono menambahkan, BI juga sedang mencari pinjaman dari bank sentral negara lain, seperti Australia. Ia mengingatkan, Indonesia membutuhkan valuta asing (valas) tak cuma untuk menahan kurs rupiah, tapi juga untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kebutuhan valas di APBN senilai US$ 5 miliar.
Dana dari swap dan budget support ini akan disiapkan sebagai pertahanan lini kedua. Maklumlah cadangan devisa Indonesia terus menyusut. Per akhir Januari 2009 lalu, cadangan devisa Indonesia tinggal US$ 51,6 miliar.
Bagi Boediono, cadangan devisa sebanyak ini terlalu pas-pasan untuk mengantisipasi gejolak. Dalam hitungan BI, nilai cadangan yang ideal untuk negara seukuran Indonesia adalah US$ 60 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News