Reporter: Roy Franedya, Nina Dwiantika | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mempercepat pendalaman pasar keuangan valuta asing (valas) untuk mengatasi instabilitas nilai tukar. Caranya, menerbitkan Term Deposit (TD) valas, paling lambat dua pekan mendatang. Di tahap awal, BI menerbitkan TD valas dengan tenor 7 hari, 14 hari hingga 1 bulan.
Agar terlihat menarik, BI memungkinkan pencairan TD sebelum jatuh tempo, tidak diperhitungkan dalam Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) dan ketentuan Posisi Devisa Netto (PDN). Bunganya kompetitif. Sebagai gambaran, saat ini bunga di pasar uang di luar negeri berkisar antara 0,1%-0,2% per hari.
BI berharap instrumen baru ini mengubah pola supply dan demand valas di dalam negeri. Misalnya, bank tidak lagi memutar valas di PUAB luar negeri seperti Hong Kong dan Singapura. Bank cukup membiakkan di TD. "Selama ini bank terbatas ruang geraknya dalam menggunakan valas," ujar Gubernur BI, Darmin Nasution, Selasa (29/5).
Bank lokal yang kelebihan likuiditas valas lebih memilih memutar dana di PUAB luar negeri. Indikasinya, bila transaksi PUAB valas domestik US$ 400 juta -US$ 500 juta per hari, transaksi bank lokal di PUAB luar negeri mencapai US$ 2 miliar per hari.
"Pada umumnya bank di Indonesia tidak mau memiliki valas dalam jumlah besar karena akan menimbulkan posisi long, apalagi dalam situasi bergejolak," ujar Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah. Posisi long adalah jika jumlah valas yang dikempit lebih besar ketimbang penempatan valas. Posisi ini bisa membuat bank rugi kurs.
Deputi Gubernur BI, Hartadi Agus Sarwono mengatakan, penerbitan instrumen baru ini merupakan pasangan kebijakan devisa hasil ekspor (DHE). BI ingin DHE yang masuk ke Indonesia mengendap di dalam negeri, bukan ditransfer lagi ke luar negeri.
Penempatan ini juga bisa menjadi pelengkap dari cadangan devisa (cadev). Maklum, selama ini cadev hanya berasal dari minyak dan gas (migas) dan pinjaman luar negeri pemerintah.
Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja mengatakan, TD valas cukup menarik asal bunganya sesuai harga pasar dan betul-betul mudah dicairkan. "Apalagi ATMR-nya tidak diperhitungkan," ujarnya.
Direktur Utama Bank Mandiri, Zulkifli Zaini menilai, instrumen valas ini membuat bank punya alternatif menginvestasikan kelebihan valas. Pasalnya, saat ini bank di Indonesia tidak memiliki banyak opsi membiakkan ekses likuiditas valas. "Instrumen-instrumen baru selalu kami sambut baik," katanya. Informasi saja, saat ini ekses likuiditas valas Bank Mandiri lebih dari US$ 1 miliar, di atas batas bawah likuiditas valas antara US$ 500 juta - US$ 800 juta.
Bank pelat merah ini memilih berbagai strategi dalam menjaga likuiditas valas. Antara lain menempatkan di instrumen jangka pendek, menengah dan panjang, seperti di nostro, TD dan interbank. Dengan begitu, ketika bank butuh valas mendadak dapat mencairkannya. "Perlu ada variasi simpanan itu namanya managemen likuiditas," jelas Zulkifli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News