kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

BI Terus Berupaya Mengalihkan SBI ke SBN


Kamis, 19 November 2009 / 09:41 WIB
BI Terus Berupaya Mengalihkan SBI ke SBN


Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Kian mahalnya ongkos moneter akibat tingginya beban bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), memacu BI untuk mengganti instrumen SBI dengan instrumen moneter lain.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Agus Sarwono mengungkapkan, sampai saat ini BI masih terus mengumpulkan stok surat berharga negara (SBN) yang terdiri atas Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN). "Kami melakukannya secara bertahap, karena membeli SPN berarti ekspansi moneter yang harus terukur," kata Hartadi ke KONTAN, Rabu (17/11).

Sejatinya, langkah penggantian SBI dengan instrumen SBN sudah lama bergaung. Wacana yang bergulir sejak tahun 2005 itu akhirnya terlaksana mulai 2007.

Namun perkembangan rencana itu tidak menggembirakan. Outstanding dana di SBI terus naik, sementara SBN tumbuh lamban. Per 6 November, nilai total SBN sebesar Rp 27,3 triliun. Perinciannya, SUN dan SPN masing-masing senilai Rp 16,2 triliun dan Rp 8,4 triliun.

Sedangkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp 2,7 triliun. Adapun SBI, BI meramal nilainya akan tembus Rp 300 triliun pada 2010.

Hartadi menuturkan, sekarang BI masih intens berdiskusi dengan Departemen Keuangan untuk meningkatkan stok SBN dalam rangka asset liability management (ALM). "Hasilnya akan saya ceritakan nanti," janjinya.

BI, kata Hartadi, akan terus mengupayakan pengalihan ini agar pengelolaan moneter tidak bergantung pada SBI. Karena beban bunga SBI, akhir tahun ini, neraca BI diperhitungkan bakal defisit Rp 1,9 triliun. Tahun 2010, defisit itu akan melompat lebih dahsyat lagi, menjadi Rp 22,4 triliun.

BI mengaku membayar mahal bunga SBI karena tak leluasa menentukan bunga instrumen tersebut. "Jika bunga SBI dekat dengan inflasi, bisa terjadi capital outflow," kata Pejabat Sementara Gubernur BI Darmin Nasution.

Saat ini, dana asing di SBI sekitar Rp 47 triliun. Meski porsinya tak banyak, namun keluar masuk dana jangka pendek asing alias hot money, kerap menggoyang rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×