kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.942.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

Biaya Lebih Murah, Korporasi Lebih Pilih Terbitkan Obligasi Ketimbang Kredit Bank


Minggu, 22 Juni 2025 / 22:37 WIB
Biaya Lebih Murah, Korporasi Lebih Pilih Terbitkan Obligasi Ketimbang Kredit Bank
ILUSTRASI. Obligasi


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan yang tumbuh melambat dikhawatirkan semakin kehilangan daya saing, seiring meningkatnya biaya pinjaman.

Kondisi ini mendorong sejumlah korporasi untuk mulai beralih dari pembiayaan bank ke alternatif pendanaan lain, seperti penerbitan obligasi.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan pada Mei 2025 sebesar 8,43% secara tahunan (YoY), lebih rendah dari 8,88% YoY pada April 2025.

Baca Juga: Adira Finance Pertimbangkan Beberapa Aspek dalam Menerbitkan Obligasi

Di sisi lain, suku bunga kredit hanya turun tipis sekitar 1 basis poin (bps) menjadi 9,18% pada bulan yang sama.

Jika dirinci lebih lanjut, perlambatan juga terjadi pada kredit korporasi. Misalnya, pertumbuhan kredit investasi yang sebelumnya mencapai 15,3% YoY di April, turun menjadi 13,74% YoY pada Mei 2025.

Pengamat perbankan Moch Amin Nurdin mengatakan, pertumbuhan kredit hingga akhir 2025 kemungkinan tetap berada di level satu digit untuk semua segmen, baik korporasi, komersial, maupun ritel.

Menurut Amin, perlambatan ini tidak hanya dipicu oleh kondisi ekonomi yang melemah dan berdampak pada turunnya permintaan kredit, tetapi juga karena banyak nasabah korporasi mulai melirik pasar modal sebagai sumber pembiayaan yang lebih efisien.

“Biaya untuk menerbitkan obligasi relatif lebih murah dalam jangka panjang dibandingkan mengambil kredit bank,” jelas Amin kepada Kontan.co.id, Minggu (22/6).

Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga, WOM Finance: Tak Berdampak Terhadap Rencana Penerbitan Obligasi

Amin memaparkan, saat ini imbal hasil obligasi berada di kisaran 6%–8%. Meskipun terdapat biaya tambahan lain seperti biaya penawaran umum, proses legal, dan administrasi, beban tersebut hanya terjadi di awal dan relatif tidak signifikan.

Sebaliknya, kredit bank memiliki beragam komponen biaya yang bisa mencapai 1%–3,5% dari total pinjaman, seperti biaya provisi, administrasi, hingga biaya appraisal.

Belum termasuk bunga yang rata-rata dua kali lipat dibandingkan bunga obligasi.

“Belum lagi ada syarat agunan, yang juga bisa menimbulkan biaya tambahan,” tambah Amin.

Senada, Analis Pefindo Danan Dito menyatakan bahwa untuk jangka panjang, obligasi memang menjadi opsi yang lebih ekonomis bagi korporasi.

Baca Juga: Akuisisi Tambang di Australia, Bumi Resources (BUMI) Bakal Terbitkan Obligasi

Namun, prosesnya cenderung lebih kompleks dan membutuhkan waktu lebih lama.

“Penerbitan obligasi membutuhkan proses bookbuilding, persetujuan dari OJK, dan dokumentasi yang cukup rumit,” ujar Dito.

Ia juga menilai bahwa saat ini perbankan cenderung bersikap konservatif dalam menyalurkan kredit karena kondisi makroekonomi yang belum sepenuhnya pulih, ditambah daya beli masyarakat yang masih lemah.

Pefindo mencatat, hingga akhir Mei 2025, nilai mandat penerbitan obligasi yang telah diterima namun belum tercatat di bursa mencapai Rp 88,27 triliun.

Dari jumlah tersebut, industri multifinance mendominasi dengan 10 perusahaan yang berencana menerbitkan obligasi senilai Rp 12,7 triliun, diikuti oleh tujuh perusahaan tambang dengan total nilai Rp 6,4 triliun.

Baca Juga: Barito Pacific (BRPT) Bakal Terbitkan Obligasi Rp 1 Triliun untuk Bayar Utang

Meski demikian, perbankan tidak tinggal diam. Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara menyatakan pihaknya tetap optimistis mempertahankan dominasi di pasar kredit wholesale sebagai bagian dari dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Bank Mandiri mencatat pertumbuhan kredit korporasi sebesar 20% YoY menjadi Rp 608 triliun hingga kuartal I-2025. Kredit komersial juga tumbuh 21,4% YoY menjadi Rp 296 triliun pada periode yang sama.

Ia bilang fokus penyaluran kredit tetap diarahkan pada sektor-sektor prospektif dan resilien seperti energi, pertambangan, perkebunan, serta sektor yang berada dalam ekosistem bisnis strategis yang saling terintegrasi.

“Kami melihat tren pertumbuhan masih sejalan dengan target yang telah kami tetapkan di kisaran 10%–12% hingga akhir tahun 2025,” ujarnya.

Selanjutnya: Nama Bank Jakarta Jadi Merek Dagang Baru Bank DKI, Berikut Filosofinya

Menarik Dibaca: JT Clinic dan Cinemora Luncurkan Roadshow Talenta, Didukung Kementerian Pariwisata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×