kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis asuransi kendaraan bermotor masih tersendat


Kamis, 22 Juli 2021 / 17:51 WIB
Bisnis asuransi kendaraan bermotor masih tersendat
ILUSTRASI. Parkir kendaraan roda empat di salah satu apartemen di Jakarta, Selasa (11/8). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya PPKM Darurat yang berlangsung sejak 3 Juli lalu menambah tantangan baru bagi bisnis asuransi kendaraan bermotor untuk bisa tumbuh. Padahal, lini bisnis ini masih belum bangkit sejak pandemi covid-19 masuk ke Indonesia.

Asal tahu saja, berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), pendapatan premi asuransi kendaraan bermotor masih terkontraksi sebesar 19,9% yoy pada triwulan pertama tahun ini dengan nilai Rp 3,97 triliun. 

Direktur Eksekutif AAUI Dody AS Dalimunthe menyebutkan bahwa kondisi pandemi covid-19 hingga saat ini ditambah dengan adanya PPKM Darurat menyebabkan bisnis asuransi kendaraan bermotor masih banyak menemui tantangan.

Baca Juga: Masih PPKM Darurat, CIMB Niaga dorong nasabah bayar tagihan pakai OCTO Mobile

Salah satu tantangan utama dalam lini bisnis ini ialah penurunan daya beli dari masyarakat itu sendiri. Dody berpendapat masyarakat saat ini masih menahan konsumsi kendaraan bermotor, sehingga pembelian melalui multifinance juga menurun. “Daya beli masyarakat sepertinya masih belum pulih, karena prioritas kebutuhan saat ini adalah kebutuhan primer,” ujar Dody kepada KONTAN, Kamis (22/7).

Meski demikian, Dody melihat masih ada optimisme untuk lini bisnis kendaraan bermotor ini bisa tumbuh sampai akhir tahun. Terlebih, karena ada estimasi produksi dari manufaktur kendaraan yang meningkat setelah sebelumnya sempat menahan produksi.

Salah satu asuransi yang mengaku turut terdampak dengan adanya PPKM Darurat ialah Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia (ACPI). Wakil Direktur Utama ACPI Nicolaus Prawiro bilang kalau asuransi kendaraan bermotor menjadi yang terdampak dengan adanya aturan tersebut.

“PPKM Darurat kan mengatur showroom-showroom mobil untuk tutup sehingga leasing juga tidak bisa optimal,” ujar Nico.

Baca Juga: Apakah produk tabungan di perbankan masih menjanjikan? Ini kata para pakar

Meskipun mengaku premi di bulan Juli mulai menunjukkan penurunan, Nico enggan untuk menyebutkan berapa besaran penurunan yang dialami oleh perusahaan dan masih optimis kalau premi sampai akhir bulan Juli masih bisa tumbuh.

Ia hanya berharap bahwa PPKM Darurat bisa berakhir di 25 Juli dan tidak diperpanjang lagi. “Harapannya PPKM Darurat tanggal 25 Juli segera berakhir sehingga kami bisa kejar di sisa waktu terakhir,” imbuh Nico.

Adapun sampai paruh pertama tahun ini, ACPI masih memiliki kinerja pendapatan premi yang cukup bagus dengan tercermin dari pertumbuhan sebesar 23% secara yoy dengan nilai Rp 590 miliar. Sebagai perbandingan, di periode yang sama tahun sebelumnya pendapatan premi perusahaan hanya sebesar Rp 480 miliar.

“Sampai saat ini kami masih optimis target total pendapatan premi sampai akhir tahun capai Rp 1,3 triliun meskipun akan kami pantau lagi di kuartal 3 saat ini,” tambah Nico.

Sedikit berbeda, Asuransi Wahana Tata (Aswata) masih melihat belum ada pengaruh dari adanya PPKM darurat. Meskipun demikian, pendapatan premi mereka masih mengalami kontraksi sebesar 5% pada semester pertama dengan nilai Rp 810 miliar.

“Belum tau (PPKM Darurat) ini akan membuat pendapatan premi kembali turun atau tidak. Semoga bulan per bulannya tidak turun,” ujar Presiden Direktur Aswata Christian Wirawan Wanandi.

Ia justru melihat bahwa asuransi kendaraan bermotor masih ada peluang untuk terus tumbuh. Asal tahu saja, asuransi kendaraan bermotor memiliki kontribusi yang cukup besar sebesar 30%. “Asuransi kendaraan bermotor ini bisa naik karena insentif pemerintah terkait pajak 0%,” pungkas Christian.

Selanjutnya: Premi asuransi engineering alami penyusutan di tengah pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×