Reporter: Annisa Fadila | Editor: Handoyo .
“Kalau perencanaan target sampai akhir tahun sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) gadai syariah bisa tumbuh di atas 17%. Namun, hal itu tentu akan terpengaruh karena adanya pandemic Covid-19. Sampai saat ini Pegadaian masih belum berencana untuk merevisi target, karena masih menunggu perkembangan Covid-19,” katanya.
Baca Juga: Utang jatuh tempo Pegadaian dalam waktu sebulan Rp 1,8 triliun
Harianto menyebutkan, hal itu dikarenakan sejak adanya pandemi Covid-19 pihaknya kerap memberikan relaksasi kepada nasabah, sehingga pertumbuhan bisnis dinilai tidak dapat tumbuh signifikan. Ia menyebutkan, jika mengacu pada tahun lalu pertumbuhan bisnis non gadai dapat tumbuh 60%, sehingga total pertumbuhan akhir tahun dapat mencapai 23%.
Meski begitu, Harianto bilang pihaknya belum berencana untuk menambah outlet guna memperkuat bisnisnya. Ia menyebutkan, dalam mempertahankan bisnis pihaknya turut memaksimalkan layanan digital serta penjualan produk melalui agen-agen Pegadaian.
Asal tahu saja, sebelumnya Pegadaian berencana untuk melakukan spin off sehingga pihaknya telah menghitung untung rugi. Hal itu dilakukan karena gadai syariah mampu berkembang dan memberikan kontribusi besar terhadap perusahaan. Namun, pihaknya enggan terburu-buru melakukan spin off karena hendak memperbesar pasar syariah.
"Pegadaian berupaya untuk memperbesar porsi keuangan syariah, sehingga enggan terburu-buru spin off. Untuk memperbesar keuangan syariah tidak harus dilakukan dengan spin off, karena berkaca dari beberapa perusahaan saat mereka melakukan spin off justru ruang gerak menjadi lebih rendah dan pelayanan tidak efisien," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News