Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat sampai dengan Juli 2017 pertumbuhan transaksi uang elektronik kian pesat, bahkan menembus angka Rp 1 triliun.
Meski begitu, jumlah tersebut menurun kembali di bulan Agustus 2017 menjadi hanya Rp 790,69 miliar. Sementara itu, diproyeksikan selama setahun penuh, nilai transaksi uang elektronik mampu menembus Rp 7 triliun secara total.
Senior Executive Vice President (SEVP) Teknologi Informasi PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Dadang Setiabudi mengungkapkan, besar kemungkinan transaksi uang elektronik meningkat di bulan Oktober hingga tutup tahun 2017.
Hal ini bertepatan dengan recana pemerintah untuk mewajibkan seluruh pembayaran jalan tol menggunakan uang elektronik.
"Dengan elektronifikasi jalan tol, tentu akan meningkat (transaksi) karena sebelum ada elektronifikasi, penggunaan uang elektronik hanya 25%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (3/10).
Dadang menyebut, artinya jika aturan tersebut diterapkan, maka implementasi uang elektronik untuk pembayaran tol akan mencapai 100%.
Tentu hal ini berdampak langsung terhadap peningkatan transaksi uang elektronik. Kendati demikian, bank berlogo 46 ini menyebut pangsa pasar tetap akan dikuasai PT Bank Mandiri Tbk untuk penggunaan uang elektronik.
"Market share transaksi tol saat ini didominasi oleh Bank Mandiri yang merupakan bank pertama yang mengimplementasi (uang elektornik)," ujarnya.
Kendati demikian, pihaknya optimis transaksi uang elektronik keluaran BNI yakni TapCash akan tumbuh pesat bulan Oktober 2017 mendatang.
Sebagai informasi saja, berdasarkan data BI sampai dengan Agustus 2017 tercatat jumlah uang elektronik beredar sudah mencapai 68,48 juta. Jumlah tersebut naik 56,08% secara tahunan atau year on year (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu 43,87 juta.
Sementara dari sisi transaksi, uang elektronik tercatat memiliki volume transaksi hingga 62,56 juta transaksi atau tumbuh 3,37% yoy. Dari volume tersebut, nominal transaksi uang elektorniknya sudah mencapai Rp 790,69 miliar atau meningkat 28,52%.
Adapun dari infrastrukturnya, BI melansir sampai dengan Agustus 2017 sudah ada 465.974 mesin reader. Angka ini meningkat signifikan dibanding Agustus tahun lalu yang baru sebesar 325.133 mesin.
Saat ini BI mencatat ada 25 perusahaan yang telah memiliki izin penerbitan uang elektronik. 11 diantaranya merupakan perbankan dan sisanya lembaga non bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News