kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BNI minta aturan GMW dan RIM dilonggarkan agar bunga kredit tetap rendah tahun depan


Selasa, 23 November 2021 / 13:18 WIB
BNI minta aturan GMW dan RIM dilonggarkan agar bunga kredit tetap rendah tahun depan
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan melalui agen laku pandai BNI Agen46 di kawasan Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masih akan terus mendukung penurunan suku bunga kredit. Perseroan akan mengejar ekspansi kredit yang ditargetkan tumbuh sekitar 9% tahun tahun depan dengan dukungan bunga kredit rendah.

Namun, BNI mengharapkan adanya insentif kebijakan dari Bank Indonesia (BI) agar ekspansi kredit bisa dilakukan dengan bunga rendah. Pasalnya, ada tantangan yang mesti diwaspadai yakni potensi kenaikan suku bunga The Fed pada pertengahan tahun depan.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, kenaikan bunga The Fed tentu akan diikuti oleh kebijakan suku bunga acuan BNI sehingga biaya dana perbankan bakal mengalami kenaikan.

Oleh karena itu, dia melihat diperlukan relaksasi dari BI agar bisa mendukung pertumbuhan kredit dengan suku bunga yang rendah.

Baca Juga: Bank BNI proyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 bisa mencapai 5,5%

"Kami harapkan kebijakan relaksasi terkait Giro Wajib Minimum (GMW) dan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) dapat diperpanjang agar bisa menekan cost of fun ," kata Royke dalam webinar, Senin (22/11).

Selain itu, dia menilai perlu juga regulasi untuk menjaga level kompetisi yang sehat menjaring likuiditas. Pasalnya, BNI melihat saat ini  mulai marak bank melakukan pemasaran produk tabungan dengan tingkat suku bunga yang relatif tinggi.

Sebelumnya, BI telah melonggarkan GWM rupiah 50 bps menjadi 5% pada Maret 2020 dan berlaku sampai 31 Juni 2021. Sedangkan pelonggaran aturan RIM berlaku sejak Mei 2020 hingga Desember 2021.

Insentif itu diperlukan karena BNI sebagai perusahaan publik di sisi lain juga memiliki target laba yang harus dikejar. Sehingga penurunan bunga juga harus dipastikan tidak mengganggu kinerja yang dicanangkan perseroan. BNI juga perlu menyusun strategi yang tepat agar kinerja perseroan tetap tumbuh meskipun bunga kredit turun.

Royke menambahkan, kondisi suku bunga kredit di BNI saat ini boleh dikatakan sudah  relatif rendah untuk semua segmen. Adapun suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi sudah single digit yakni mendekati 8%.

Sejak tahun ini, BNI telah melakukan berbagai strategi untuk bisa meningkatkan laba dalam menghadapi tren penurunan suku bunga kredit dan stimulus restrukturisasi kredit yang harus diberikan kepada nasabah di tengah pandemi Covid-19.  Hingga kuartal III 2021, BNI membukukan laba bersih Rp 7,7 triliun atau tumbuh 73,9% YoY.

Perolehan laba itu tak lepas dari keberhasilan perseroan dalam melakukan pengelolaan portofolio secara disiplin dan pengembangan layanan digital yang telah mendorong peningkatan casa dan fee based income (FBI).

Menurut Royke, suku bunga kredit yang bersaing juga dipengaruhi oleh strategi transformasi digital. Oleh karena itu, pengembangan digitalisasi akan terus dilanjutkan perseroan sehingga biaya operasional semakin efisien dan bunga bisa lebih rendah.

Baca Juga: Anak usaha IFG gandeng BTN dan BNI, wujudkan asuransi kredit yang sehat

Strategi transformasi digital akan dilakukan BNI dalam dua cara. Pertama, mendigitalkan proses bisnis konvensional. Ini akan difokuskan pada tiga layanan yakni mobile banking untuk layanan ritel banking, BNI Direct untuk bisnis banking dan BNI API untuk menjalin kolaborasi dengan ekosistem digital.

Kedua, BNI akan mengakuisisi bank kecil untuk dikembangkan menjadi bank digital penuh. "Saat ini kami sudah buat kesepakatan awal. Kami ingin punya bank digital dengan teknologi tinggi sehingga biayanya relatif rendah. Ini akan menjangkau target market UMKM yang belum kami layanani selama ini, " kata Royke.

Bank digital BNI ini terutama akan fokus pada UMKM tradisional yang selama ini mungkin banyak terjebak dengan pinjaman online (pinjol) ilegal.

Royke bilang, para UMKM ini akan dilayani dengan bantuan teknologi segingga biaya operasionalnya lebih rendah. Dengan begitu suku bunga bisa ditekan.

"Dengan suku bunga yang lebih rendah diharapkan membantu UMKM yang punya potensi untuk tumbuh  ke depan dan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia," pungkasnya.

Selanjutnya: BI catat likuiditas perekonomian naik pada Oktober 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×