Reporter: Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. BNI Syariah memperkirakan adanya kebutuhan peningkatan modal pada 2017 mendatang. Di periode itu, modal yang dibutuhkan anak usaha Bank Negara Indonesia (BNI) berkisar Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun.
Direktur BNI Syariah Dinno Indiano menuturkan, rencana pemenuhan modal itu bisa saja dilakukan pada 2016 mendatang. "Karena kami targetkan pertumbuhan pembiayaan 20% mulai tahun depan," terang Dinno.
Menurut Dinno, mengacu pada angka pertumbuhan pembiayaan itu, maka rasio kecukupan modal (CAR) BNI Syariah bakal tergerus 2%–3%. Dengan begitu, Dinno memperkirakan, rasio permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) BNI Syariah bakal berkisar 14%–15% di tahun 2016.
Namun, kata Dinno, jika realiasi penambahan modal dilakukan, maka CAR BNI Syariah bisa naik hingga level 18%. Hingga akhir 2015, Dinno mengaku permodalan BNI Syariah masih mencukupi.
"Bisa jadi penambahan modal terealisasi di tahun depan, untuk mempersiapkan pertumbuhan di tahun 2017," tambah Dinno.
Menurut Dinno, BNI Syariah memiliki banyak opsi penambahan modal, baik itu suntikan dari BNI sebagai induk, maupun masuk ke pasar modal. Tapi, Dinno menegaskan, hal itu tergantung keputusan pemegang saham.
Sejalan dengan pertumbuhan kredit, Dinno memprediksi, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BNI Syariah tumbuh lebih rendah pada kisaran 15%. Ia bilang, angka tersebut seiring dengan financing to deposit ratio (FDR) BNI Syariah masih rendah pada angka 80%.
"Jadi, kami tidak ingin kebanyakan dana. FDR kami saat ini 80%. Kami juga ingin menekan biaya dana alias cost of fund," imbuh Dinno.
Hingga September 2015, BNI Syariah mencetak laba sebesar Rp 156,6 miliar atau naik 50,7% dari periode yang sama tahun 2014. Dinno pun optimistis bisa mencapai target laba tahun ini, yang tertuang dalam rencana bisnis bank (RBB) senilai Rp 163 miliar.
Meski demikian, dia mengaku, BNI Syariah memiliki target internal pencapaian laba hingga Rp 200 miliar. Per September 2015, BNI Syariah membukukan pembiayaan Rp 16,97 triliun.
Sebagian besar merupakan pembiayaan cabang reguler, yang meliputi pembiayaan konsumtif sebesar 53,92%, pembiayaan produktif 22,41%, dan pembiayaan komersial 15,25%.
Sedangkan pembiayaan mikro dan kartu Hasanah Card masing-masing berkontribusi 6,2% dan 2,3% dari total pembiayaan. Sebagai gambaran, pembiayaan konsumtif yang menyumbang mayoritas pembiayaan BNI Syariah, didominasi oleh pembiayaan Griya Ib Hasanah, dengan komposisi sebesar 85,44%.
BNI Syariah juga mencatat DPK naik 26,77% menjadi Rp 18,9 triliun. Sebesar 56,07% disumbang dari deposito, 35% tabungan dan 8,7% berupa giro. Pencapaian kredit dan DPK membuat aset BNI Syariah meningkat 23,13% menjadi Rp 22,7 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News