kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Bos BRI Sebutkan 6 Tantangan Industri Perbankan Tahun Ini, Apa Saja?


Selasa, 24 Januari 2023 / 12:15 WIB
Bos BRI Sebutkan 6 Tantangan Industri Perbankan Tahun Ini, Apa Saja?


Reporter: Arif Budianto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi dunia menghadapi risiko ketidakpastian. Hal ini dikhawatirkan mendorong probabilitas resesi ekonomi di tahun 2023. 

Melihat kondisi ini, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Sunarso mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bloomberg, sepertiga negara di dunia akan mengalami resesi. Namun, kata dia, peluang resesi di Indonesia hanya 3%.

“Jadi sebenarnya ekonomi kita sangat solid dan juga pertumbuhan di atas 5% saya kira itu adalah pertumbuhan yang masih sangat impresif di tengah ketidakpastian global,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Selasa (24/1).

Sunarso menyebutkan bahwa di tahun 2023 tren industri perbankan Indonesia akan dipengaruhi oleh enam faktor utama. Pertama, bonus demografi penduduk, menurutnya tren jumlah penduduk usia produktif akan meningkat mencapai 64% di 2030.

Baca Juga: Penyaluran KUR BRI Capai Rp 252,38 Triliun di Tahun 2022

“Kedua, perubahan perilaku nasabah, jadi transaksi digital payment meningkat lebih dari 30% sedangkan transaksi cash turun tinggal 10% saja,” sebutnya.

Ketiga, lanjut dia, implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG). Menurutnya, perhatian investor terhadap aspek ESG berpengaruh terhadap perubahan tata kelola dan bisnis perbankan.

“Keempat, Low interest rate environment. Tren penurunan credit yield berdampak pada NIM (Net Interest Margin) yang semakin tertekan. Kalau kita lihat di 2010 itu NIM bisa lebih 10% tapi 2022 ini hanya sekitar 6%, sehingga saya pikir bank perlu memperluas fungsi intermediasi,” terangnya.

Kelima, utilisasi data dan teknologi akan semakin dominan, di mana penggunaan data analitik mempercepat proses bisnis credit underwriting dan marketing. Terakhir, lanjut Sunarso, kompetisi dengan financial technology (fintech).

“Jadi persaingan yang semakin ketat seiring dengan hadirnya pemain-pemain non bank seperti fintech dengan berbagai dinamikanya,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×