kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

BPD bisa melirik opsi merger


Rabu, 15 Januari 2014 / 09:43 WIB
BPD bisa melirik opsi merger
ILUSTRASI. Nilai Transaksi Digital Banking Naik 27,82% pada Juli 2022


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Lemahnya permodalan membuat Bank Pembangunan Daerah (BPD) sulit berkiprah optimal dalam persaingan industri perbankan yang makin ketat. Sebagai jalan keluar, merger antar BPD bisa menjadi pilihan terbaik. 

BPD sejatinya memiliki opsi menjual sahamnya ke publik lewat initial public offering (IPO). Namun menurut pengamat perbankan Doddy Arifianto, melakukan penawaran saham perdana belum tentu bisa menjadi solusi terbaik bagi para BPD.

Dengan prospek bisnis yang belum terlalu bagus mendatang, harga jual saham BPD belum tentu akan baik kalaupun mulai listing di Bursa Efek Indonesia. "Ini memang jadi masalah pelik, ibarat mana lebih dulu ayam atau telur," kata Doddy pada KONTAN, Rabu, (15/1).

Sebagai jalan keluar, merger menjadi pilihan terbaik. Menurut Dody, untuk provinsi-provinsi yang kegiatan ekonominya belum terlalu berkembang, BPD yang berdekatan bisa di merger. "Misalkan Bank NTT dan Bank NTB," ujar pria yang juga menjabat sebagai Kepala Subdivisi Risiko Perekonomian dan Sistem Perbankan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tersebut.

Doddy menegaskan bisnis bank adalah bisnis yang membutuhkan modal besar. Itu menjadi keharusan agar mampu berkiprah secara menonjol dalam industri perbankan. "Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus menemukan strategi yang tepat untuk seperti apa kontribusi yang dimainkan BPD dalam peta industri perbankan," pungkas Dody.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan data Bank Indonesia, hingga Oktober 2013, aset BPD baru mencapai Rp 414 triliun alias 8,77% dari total aset Bank Umum sebesar Rp 4.716 triliun. Persentase ini menurun dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya. Pada Oktober 2012, aset BPD mencapai Rp  388 triliun alias 9,63% dari total aset Bank Umum sebesar Rp 4.028 triliun.

Bahkan berdasarkan data asosiasi bank pembangunan daerah (Asbanda), hingga September 2013, baru enam BPD yang memiliki modal disetor lebih dari Rp 1 triliun. Antara lain Bank Jabar Banten (BJB), Bank Jatim, Bank Kaltim, Bank DKI, Bank Jateng dan Bank Papua. Selebihnya 20 BPD lain masih dibawah Rp 1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×