Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) optimistis mampu mengantongi pertumbuhan aset sebanyak 20% hingga akhir tahun nanti. Padahal, pertumbuhan total aset sepanjang tahun lalu kurang dari 15% menjadi Rp 75,4 triliun (unaudited). Belum lagi, kondisi likuiditas yang kering kian mencekik bisnis penyaluran pembiayaan industri BPR.
Joko Suyanto, Ketua Umum Perhimpunan BPR (Perbarindo) mengaku, kepercayaan diri industri BPR ini lahir dari strategi bisnis yang fokus pada efisiensi operasional dan upaya menekan rasio kredit macet. “Sebetulnya, upaya ini sudah dilakukan sejak tahun lalu. Hasilnya mulai terlihat dan akan semakin kentara di tahun ini,” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (30/1).
Tengok saja, beban operasional terhadap pendapatan operasional alias BOPO industri BPR membaik, yaitu dari 77,4% di tahun lalu menjadi 76% di tahun ini. Kredit macet atawa non performing loan (NPL) industri BPR juga melorot dari 5,4% di 2012 lalu menjadi 5,1% akhir 2013. Diharapkan, rasio kredit mandeknya bisa berada di bawah 5% di akhir tahun ini.
Sekadar informasi saja, hingga Oktober 2013, total penyaluran pembiayaan industri BPR mencapai Rp 58,6 triliun atau naik 18,3% ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara, dana pihak ketiga (DPK) tembus Rp 61,3 triliun meningkat 14,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News