kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,05   12,74   1.40%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Broker saham masih khawatir efek Eropa


Selasa, 05 Maret 2013 / 09:29 WIB
Broker saham masih khawatir efek Eropa
ILUSTRASI. Kurs dollar-rupiah di BCA hari ini Senin 18 Oktober 2021, simak sebelum tukar valas. KONTAN/Baihaki/7/1/2014


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melaju kencang pada tahun ini, bakal meramaikan bisnis perusahaan sekuritas. Namun, manajemen perusahaan sekuritas masih khawatir dengan krisis Eropa yang belum menuai titik akhir. Walhasil, broker saham pun memilih untuk bekerja secara konservatif pada tahun ini.

Pada penutupan perdagangan saham Senin (4/3), IHSG bertengger di harga 4.761,46, tumbuh 10,30% dari awal tahun 2013. Pertumbuhan ini sudah menyamai laju kenaikan IHSG sepanjang tahun 2012. Namun, hal ini belum meredakan kekhawatiran terhadap penurunan bisnis broker saham. "Krisis Eropa yang belum selesai dan perang kurs mata uang masih menjadi perhatian kami," kata Antony Kristanto, Presiden Direktur HD Capital, pekan lalu.

Ditambah lagi, kondisi ekonomi makro di tingkat lokal juga bakal terpengaruh dampak kenaikan upah minimum yang bisa meningkatkan biaya perusahaan. Lalu desas-desus kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Dengan kondisi ini, HD Capital tidak berani agresif menyasar bisnis perantara perdagangan efek.

Benar saja, kekhawatiran krisis Eropa masih menyebabkan bisnis broker saham di HD Capital melemah. Sepanjang Januari 2013, total nilaiĀ  transaksi efek di HD Capital hanya Rp 1,12 triliun, lebih rendah dari Januari 2012 sekitar Rp 1,42 triliun.

Menurut Antony, pihaknya hanya memasang target konservatif, tumbuh 20% dari tahun lalu. Ia mengandalkan layanan online trading dengan tarif murah (fee beli 0,12% dan jual 0,22%). Tahun 2012, bisnis broker saham berkontribusi 80%-90% dari total pendapan Rp 36 miliar. Sumber lain dari jasa financial advisory. "Tahun ini kami juga tidak akan menyasar bisnis penjaminan emisi karena risikonya besar," tandasnya.

Hal serupa juga berlangsung di Henan Putihrai. Jeffry Sudjono, Chief Executive Officer (CEO) Henan Putihrai, menjelaskan meski pasar prospektif, manajemen memilih rebuilding perusahaan. Mereka ingin memperkuat organisasi perusahaan agar mempunyai daya saing lebih besar pada periode mendatang.

Saat ini, manajemen masih mengandalkan bisnis di online trading. Per Januari lalu, nilai transaksi efek di Henan Putihrai mencapai Rp 729,1 miliar, lebih kecil dibandingkan periode sama tahun 2012 sekitr Rp 778,55 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×