Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) memandang penurunan biaya transfer BI-Fast bisa meningkatkan minat masyarakat untuk lebih aktif menggunakan channel digital dalam memenuhi kebutuhan transaksi pemindahan dana.
Tetapi di sisi lain, langkah penurunan transaksi itu dinilai akan berdampak pada penurunanan pendapatan berbasis fee perbankan. Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) masih akan mengevaluasi secara berkala biaya transaksi BI-Fast. Potensi penurunan biaya disebut akan semakin besar setelah transaksi mengalami peningkatan pesat.
"Terkait penurunan biaya BI-Fast ini, BTN pada dasarnya telah melakukan promo terkait dengan layanan BI Fast. Sebagai contoh promo Rp 77 dalam dalam rangka menyambut HUT RI 17 Agustus 2022 yang lalu," kata Direktur Operation, IT and Digital Banking BTN Andi Nirwoto kepada Kontan.co.id, Jumat (9/9).
Andi mengakui, transaksi BI Fast saat ini merupakan salah satu fitur favorit nasabah dalam melakukan transaksi transfer antar bank. Selain karena dapat dilakuan secara real time, biaya transaksi nya pun dinilai lebih minim dibandingkan jenis layanan transfer antar bank lainnya.
Baca Juga: BCA Tak Ada Rencana Gratiskan Biaya Transfer BI-Fast, Ini Alasannya
Dia menambahkan, transaksi mobile banking BTN sepanjang semester I 2022 sebanyak 40% disumbang dari transaksi transfer. Sebanyak 60% dari transaksi transfer merupakan transaksi antara bank. Sepanjang semester I 2022, pendapatan fee BTN dari layanan transfer antar bank tumbuh sekitar 70% secara tahunan.
Dengan jumlah yang cukup dominan, lanjut Andi, strategi promo penurunan biaya BI-Fast yang dilakukan perseroan cukup efektif dalam mendorong peningkatan transaksi.
Dia mengatakan, rata-rata transaksi BI-Fast yang diproses BTN meningkat 50% setiap bulannya hingga bulan Juli 2022. Biaya BI-Fast yang ditetapkan BI saat ini maksimal Rp 2.500. Sebesra Rp 19 dikutip BI dan selebihnya Rp 2.481 akan menjadi pendapatan bank sebagai issuer/pengirim.
Besarnya transaksi tersebut sudah menutup biaya investasi BTN untuk sistem utama agar terhubung ke infrastruktur BI-Fast. "Dilihat dari sisi besaran investasi, fee yg diperoleh pada dasarnya kalau untuk sistem utama saja sudah bisa dikatakan tertutup," ungkap Andi.
Untuk bisa jadi peserta BI-Fast, bank memang perlu menyiapkan infrastruktur konektor BI Fast yang butuh investasi besar. Andi menyebutkan total capex untuk investasi perangkat lunak dan perangkat keras yang menghubungkan sistem bank ke BI-Fast yang digelontorkan BTN mencapai sekitar Rp 25 miliar - Rp 30 miliar.
Baca Juga: Potensi Penurunan Biaya Transfer BI-Fast Semakin Besar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News