Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) mengaku akan mengoptimalkan program daya untuk meningkatkan kinerja perseroan. Per September 2015, tercatat kredit mikro BTPN sebesar 16% dari total portofolio kredit. Nah, untuk menjaga kualitas kredit supaya tetap terjaga, ke depannya perseroan akan meningkatkan aktivitas peserta dan aktivitas program daya ini.
Sampai kuartal III, dana total peserta program daya ini adalah sebesar 347.964 dengan total aktivitas sebanyak 24.366. Dari total peserta program daya ini sebanyak 49% adalah penerima manfaat program Daya Tumbuh Usaha, 47,79% adalah penerima manfaat program Daya Sehat Sejahtera dan 3,19% adalah penerima manfaat program Data Tumbuh Komunitas.
“Keterlibatan langsung dalam mendampingi dan memberdayakan nasabah adalah kunci pertumbuhan kinerja bisnis yang prima dan berkelanjutan,” ujar Wakil Direktur Utama BTPN Ongki W, Selasa, (3/11).
Sebagai informasi, program daya ini adalah sebuah model bisnis yang mengintegrasikan misi sosial dan misi bisnis dalam produk dan layanan serta kegiatan sehari-hari. Melalui program daya ini, bank bisa melakukan pemberdayaan yang berkelanjutan dan terukur yang fokus pada kesehatan dan kesejahteraan, serta pelatihan praktis keterampilan wirausaha.
Daya diterapkan pada seluruh unit bisnis BTPN, yaitu BTPN Purna Bakti, BTPN Mitra Usaha Rakyat, BTPN Mitra Bisnis, BTPN Sinaya, serta anak usaha BTPN, yakni BTPN Syariah. Penerima manfaat Program Daya adalah seluruh nasabah BTPN yang meliputi para pensiunan, pelaku usaha mikro, bkecil dan menengah (UMKM), dan komunitas prasejahtera produktif.
Daya Tumbuh Usaha adalah program pelatihan usaha bagi para nasabah purnabakti. Sedangkan Daya Sehat Sejahtera adalah program pendampingan hidup sehat diimplementasikan melalui layanan pemeriksaan kesehatan. Selain itu Daya Tumbuh Komunitas adalah peningkatan pemberdayaan perempuan di pedesaan dan bantuan kepada komunitas-komunitas.
“Kami menyadari bahwa untuk bisa tetap produktif dan sejahtera setelah purnatugas, nasabah tidak hanya membutuhkan akses keuangan, juga pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas mereka,” ujar Ongki.
Dengan program daya ini, memang berefek signifikan ke kinerja perseroan. Hal ini bisa dilihat dari rasio kredit bermasalah yang hanya 0,8%. Ke depannya diharapkan rasio kredit macet ini bisa terjaga sering dengan pengoptimalan program daya ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
