Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal
KONTAN.CO.ID - Kawasan Uluwatu Bali, yang selama ini dikenal dengan pesona alam untuk wisata, juga cukup familiar dengan mengelola sampahnya. Bahkan dari hasil mengolah sampah itu, warga Uluwatu kini mampu menghasilkan rupiah, sehingga meningkatkan perekonomian desa.
Direktur Pengelolaan Sampah BUMDes Catu Krewo Sedana Pecatu, I Wayan Yudiasmara menyampaikan, sampah-sampah organik yang dikumpulkan lalu diolah menjadi pupuk kompos. Sementara sampah kelapa diolah menjadi cocopeat yang digunakan untuk tanaman dan pertunjukan kecak di Pura Uluwatu.
“Cocopeat dan kompos itu kembali lagi ke masyarakat dan usaha-usaha yang ada di sini kita jual lagi ke mereka. Intinya rotasi sampah ini berjalan dari mereka kita olah dan kita kembalikan lagi mereka,” katanya kepada Tim Kontan, beberapa waktu lalu
Baca Juga: Solusi Bangun (SMCB) Gandeng Pemkab Sleman Sulap Sampah Jadi Energi Alternatif
Yudis menjelaskan, selain menggarap kompos dan cocopeat ke depan pihaknya juga akan mengelola sampah lainnya untuk bahan kerajinan seperti botol kaca dan lain-lain.
Dia menyebutkan, dalam mengumpulkan sampah dari hotel dan rumah tangga BUMDes mendapat iuran, mulai dari Rp50 ribu hingga Rp9 juta.
“Kita mengambil iuran sesuai peraturan dari desa, artinya Rp50 ribu untuk rumah tangga dan Rp9 juta untuk hotel berbintang. Pelanggan kita saat ini lebih dari 1.300 setiap hari bertambah,” terangnya.
Yudis menambahkan, sejauh ini omzet BUMDes Pecatu dari unit pengepulan dan pengelolaan sampah mencapai lebih dari Rp 200 juta per bulan. Di tahun depan, pihaknya menargetkan omzet bisa mencapai Rp 250 juta.
“Kontribusi terbesar dari penghasilan BUMDes Pecatu ini datang dari jasa pengangkutan sampah. Pemilahan sampah lainnya berkontribusi sebesar 14% sampai 20% dari pendapatan atau sekitar Rp 25 juta per bulan,” tambahnya.
Yudis menerangkan, ke depan pihaknya akan menambah teknologi salah satunya ialah inseminator atau alat pembakaran, namun teknologi ini terbilang mahal.
“Persoalan sampah ini diresidu, di mana merupakan sampah yang sudah tidak bisa diolah seperti pempers dan lain-lain. Untuk itu kita membutuhkan alat insemenator untuk memilah residu tersebut. Insemenator ini terbilang mahal karena hasil asapnya nanti bisa menjadi udara bersih,” tandasnya.
Selain itu, di tahun 2024 pihaknya akan membuka sayur hasil dari kebun percontohan yang ada di tempat pembuangan sampah.
Baca Juga: Berbeda dari Pinjaman Online, Ini Persyaratan PNM ULaMM
“Hasil pupuk kompos itu nantinya akan kita suplai ke kelompok tani yang ada disini, dan hasilnya akan kita jual di unit perdagangan kami,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News