Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Test Test
JAKARTA. Perusahaan asuransi tetap selektif memilih lahan parkir bagi dana investasi mereka. Meski bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate naik menjadi 9%, asuransi tidak tergesa-gesa menyeberang ke Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau menggeser kembali ke deposito.
Pasalnya, asuransi butuh investasi jangka panjang agar bisa mengkafer klaim nasabah yang akan terjadi pada masa mendatang. Karenanya instrumen yang paling aman agar dana kelolaan tidak menciut, Asuransi tetap memilih obligasi. Apalagi saat ini harga obligasi tergolong murah, sehingga menguntungkan jika menyimpannya hingga jatuh tempo. Selain itu perusahaan asuransi bisa menikmati kupon obligasi tiap bulan.
Kalau terburu memindahkan ke SBI dan obligasi, Asuransi khawatir penghasilan mereka susut saat suku bunga turun. Apalagi jangka waktu SBI cuma tiga bulan hingga enam bulan.
Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya Hendrisman Rahim Rabu (6/8) mengemukakan, industri asuransi melihat dengan kondisi ekonomi saat ini, investasi obligasi lebih memiliki kepastian, baik dari sisi proteksi maupun imbal hasil. "Kami rasa perusahaan lain melakukan hal yang sama," ungkapnya.
Jiwasraya sendiri juga menempatkan porsi terbesar dana investasinya ke Surat Utang Negara (SUN), yaitu sebesar Rp 1,55 triliun atau 31% dari total investasi. Porsi investasi kedua di deposito sebesar 26% dari total investasi, kemudian reksadana (20%), saham 12%, properti 6,5% dan sisanya instrumen lain. Jiwasraya memproyeksikan total dana kelolaan investasinya sampai akhir tahun 2008 mencapai Rp 6 triliun dengan imbal hasil sebesar 10%-11%.
SUN investasi favorit
Direktur Asuransi Jiwa Central Asia Raya (CAR) Hero Samudra juga mengemukakan bahwa perusahaannya memilih instrumen obligasi terutama obligasi negara sebagai tempat yang relatif aman dalam menempatkan dana investasi. Menurut dia, obligasi termasuk instrumen yang menawarkan bunga menarik dan kepastian investasi jangka panjang.
Porsi instrumen obligasi di portofolio Asuransi CAR mencapai 40% dari total dana kelolaan yang sebesar Rp 1,3 triliun, diikuti deposito sebesar 15%. Adapun sisanya lari ke instrumen lain seperti saham, properti, dan penyertaan. "Kami menargetkan return di atas 12%," tutur Hero Samudra. Makanya, kata dia, untuk mengejar imbal hasil agresif CAR memilih instrumen obligasi yang diyakini menawarkan bunga menarik.
Pilihan serupa juga ditempuh PT Asuransi Ekspor Indonesia (Asei). Hingga kini, obligasi masih menjadi instrumen utama dalam portofolio investasi Asei. Porsi obligasi mencapai 60% dari total portofolio investasi. "Sisanya diparkir di reksadana sebesar 20%, dan kombinasi instrumen lain seperti saham, deposito, dan penyertaan," kata Direktur Utama Asei Zaafril Razief Amir.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mencatat dari total dana investasi industri asuransi per 31 Maret 2008 sebesar Rp 204,3 triliun, SUN menempati urutan pertama yakni Rp 47,7 triliun atau 23,24%. Menyusul deposito Rp 45 triliun atau 22% dari total investasi. Sisanya untuk instrumen lain seperti reksadana, penempatan saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News