Reporter: Issa Almawadi | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Musim bunga tinggi di pasar finansial mengurungkan niat bank mencari dana segar lewat penerbitan obligasi. Dus, sejumlah bank bertekad bulat membatalkan rencana menerbitkan surat utang. Contoh, Bank Tabungan Negara (BTN). Bank pelat merah ini menunda penerbitan obligasi hingga tahun 2015. Hulmansyah, Direktur Keuangan BTN menyatakan, penundaan obligasi dikarenakan tren kenaikan imbal hasil bunga obligasi.
"Rencana obligasi tersebut ditunda di tahun ini dan diundur ke tahun depan. Nilai obligasi juga kemungkinan berubah," kata Hulman kepada KONTAN, Selasa (21/10). Sejatinya, BTN sudah memasuki tahap finalisasi penerbitan obligasi. Rencana obligasi bank spesialis KPR itu sudah terdaftar dalam catatan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Agustus 2014 lalu.
Kala itu, BTN masih berharap bisa meraih dana segar senilai Rp 2 triliun lewat penerbitan obligasi. Bahkan, BTN sudah menunjuk para penjamin emisi untuk memuluskan rencana itu. Bank Mandiri juga menunda penerbitan obligasi. "Jadinya tahun depan," ujar Royke Tumilaar, Direktur Treasury, Financial Institution dan Special Asset Management Bank Mandiri. Bank berlogo pita emas ini awalnya berniat menerbitkan Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) dan medium term notes (MTN) sebesar Rp 8 triliun.
Sedikit berbeda, Bank OCBC NISP masih ragu-ragu menentukan langkah. Parwati Surjaudaja, Direktur Utama Bank OCBC NISP menyatakan, pihaknya masih mungkin merilis sisa obligasi berkelanjutan di tahun ini. "Kami masih buka kemungkinan. Tapi tergantung pasar," kata Parwati.
Sisa obligasi OCBC NISP sebesar Rp 3 triliun. Asal tahu saja, obligasi terakhir OCBC NISP pada tahun 2013 sebesar Rp 3 triliun. Obligasi yang terbit dalam tiga seri itu mematok imbal hasil lumayan rendah, yakni 6,40%-7,40%. Sebelumnya, sejumlah bank sudah membulatkan hati untuk membatalkan sisa jatah penerbitan obligasi berkelanjutan.
Beberapa waktu lalu, Bank CIMB Niaga menyatakan tidak akan melanjutkan penerbitan obligasi berkelanjutan senilai Rp 4,55 triliun. Alasannya, kenaikan imbal hasil obligasi korporasi yang berada di atas kisaran bunga yang dipatok. Langkah berbeda dilakoni Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang merilis MTN tahap I senilai Rp 720 miliar pada pekan lalu. Surat utang tersebut menawarkan kupon berkisar 8,75% hingga 9,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News