Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) terus melakukan pengembangan BNI Xpora yang diharapkan akan menjadi mesin untuk mendukung diaspora. Ini merupakan ekosistem bagi diaspora mendukung UMKM untuk menembus pasar ekspor.
Direktur Treasury & International BNI Henry Panjaitan mengatakan, BNI Xpora akan menjadi sebuah solusi terintegrasi untuk mendorong kapasitas dan kapabilitas bisnis UMKM lewat edukasi, pendampingan hingga konsultasi bisnis.
"Kami melakukan pengembangkan IT untuk mendukungnya. Karena kegitan ekspor impor harus memiliki kapasitas IT," ujar Henry dalam keterangan resminya, Minggu (1/4).
Ia menuturkan, program Xpora dapat memberikan peluang UMKM di luar negeri. Untuk itu, BNI akan mengembangkan nasabah supaya bisa menjadi eksportir lewat peningkatan kualitas. Caranya, perseroan akan melakukan pendekatan dengan perusahaan eksportir, trading house, kadin setempat dan mencari diaspora yang sudah melakukan bisnis di luar negeri baik resto, trading company, atau supermarket.
Langkah BNI itu, kata Henry, sangat membantu UMKM bersaing di market global. Komunitas diaspora menurutnya bisa saling melengkapi.
Baca Juga: BNI Kantongi Fee Based Income Rp 4,03 Triliun pada Triwulan I
Banyaknya sebaran diaspora Indonesia yang berada di luar negeri membuka potensi market global yang besar untuk bisnis dan produk UMKM Indonesia. Salah satunya adalah usaha coffee shop Kopi Kalyan yang berada di prefektur Tokyo, Jepang. Bisnis tempat ngopi tersebut dimiliki oleh pengusaha Indonesia Kenny Erawan Tjahyadi.
Kenny bilang, lokalisasi produk jadi strategi yang sangat penting untuk mengenalkan kopi Indonesia. Hal itu dilakukan dengan menyesuaikan atau mengadaptasi desain, rasa, dan packaging produk supaya bisa sesuai dengan pasar Jepang.
“Kami juga melihat kesempatan ini saat pandemi karena banyak perusahaan trading Jepang yang baru mulai menjual atau berhenti menjual kopi. Jadi kami melihat asa kesempatan untuk masuk ke pasar ini sehingga mencoba mulai rambah ke retail atau B2B dan sebagainya," jelasnya.
Dalam mengembangkan usahanya, Kenny mendapatkan dukungan berbagai pihak, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, yang memberikan masukan dan dukungan. Kenny juga mendapatkan dukungan dari kerja sama KBRI serta BNI dalam mendukung ekspor kopi.
Kenny mengatakan, sinergi pemerintah dan BNI yang dilakukan adalah seperti mengadakan berbagai acara untuk business matching dan berbagai acara meet and greet. Dari situ, dirinya dapat berhubungan langsung dengan diaspora-diaspora di Tokyo, dan mendapat masukan untuk menjalankan usaha.
Ia menyebut, sebelumnya kopi-kopi Indonesia yang dikenal di Tokyo hanya Mandailing dan Toraja saja. Namun setelah diadakan berbagai macam event, warga Tokyo mulai mengenal lebih banyak kopi-kopi Indonesia lainnya.
Selain Kenny, ada juga Nuraini Widyaningsih. Salah satu diaspora pengusaha di Busan, Korea Selatan ini berhasil mengembangkan bisnis kuliner Indonesia.
Nuraini mengatakan, agar produk kuliner bisa diterima lidah masyarakat Korea Selatan, diperlukan penyesuaian tanpa mengurangi cita rasa makanan. “Kalau untuk makanan Indonesia dengan bumbu yang khas begitu kental biasanya untuk customer yang datang, orang Korea, langsung akan kita kurangi bumbunya. Karena rempah-rempah di Korea jarang dipakai," katanya.
Selain masyarakat Korea Selatan, kata Nuraini, ada warga negara asing yang sempat mampir ke tempat usahanya, seperti WNA dari Amerika Serikat, Rusia, dan Jerman. Menurutnya, para WNA mendapatkan informasi dari internet.
"Mereka kenal Indonesia dengan nasi goreng. Mereka ingin tahu seperti apa fried rice. Ada juga mereka pernah pergi wisata ke Bali dan mereka kangen dengan masakan Indonesia dan pernah mencoba juga di sini," imbuhnya.
Sementara Diaspora Pengusaha di Hong Kong Sarinah mengisahkan, secara populasi Hong Kong tidak terlalu besar dan memiliki banyak pekerja migran Indonesia (PMI). Hal ini pun melahirkan berbagai peluang yang bisa digarap.
Kata Sarinah, masih banyak produk yang belum memperhatikan hal ini, sehingga ia harus melakukan riset dan juga packing ulang. Untungnya BNI, cukup membantu dalam memperbesar usaha yang dijalankan Sarinah hingga saat ini.
"Pembiayaan kerja sama remitansi dan business matching sungguh membantu kami, belum lagi mencari produk Indonesia jadi lebih gampang. Selama ini sudah banyak yg sukses melakukan ini, jadi kami bisa memperbanyak jenis produk dan didistribusikan," jelas Sarinah.
Sekedar informasi, BNI menjadi salah satu bank yang memiliki jaringan luar negeri yang kuat, dengan kehadirannya di 6 negara. Besarnya jumlah diaspora asal Indonesia diharapkan bisa berkontribusi besar bagi perekonomian, baik dari aktivitas keuangan, investasi, hingga perdagangan.
Sayangnya, potensi besar ini masih belum maksimal digarap karena tidak adanya pemetaan diaspora dan terbatasnya layanan keuangan dari bank asal Tanah Air.
Sekretaris Kementerian BUMN Susyanto menuturkan, tantangan kehadiran bank asal Indonesia di luar negeri, bisa diatasi dengan mengembangkan transaksi digital yang bisa mengatasi masalah jarak.
"Sebaran diaspora yang sangat luas dan terbatasnya nasional bank kita yang beroperasi di luar negeri. Bank Himbara yang di luar negeri umumnya berada di pusat keuangan, masih belum ada yang di Afrika misalnya. Ini yang diperlukan," kata Susyanto.
Secara jangka panjang, untuk meningkatkan kontribusi diaspora pada perekonomian harus dilakukan pemetaan. Selain itu, pengembangan usaha para diaspora pun menjadi perhatian pemerintah agar nantinya bisa menjadi agen promosi produk Indonesia di mancanegara.
"Jadi bukan cuma angka, tetapi bagaimana diaspora itu dari kecil menjadi menengah dan besar. Kalau perlu mereka bisa jadi pebisnis yang cukup besar di negara lain," imbuh Susyanto.
Baca Juga: BNI Gandeng KBRI Jepang Membuka Sentra Distribusi UMKM
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News