kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

DBS Asian Insight: Ekonomi Indonesia masih positif


Rabu, 22 November 2017 / 09:10 WIB
DBS Asian Insight: Ekonomi Indonesia masih positif


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank DBS Indonesia menyelenggarakan DBS Asian Insights Conference 2017, yang memasuki tahun kelima. Presiden Direktur Bank DBS Indonesia, Paulus Sutisna menilai, sampai dengan kuartal III pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berjalan positif.

Paulus mengatakan, hingga kuartal III tahun ini, pertumbuhan ekonomi di seluruh provinsi di Indonesia mencatatkan kinerja positif. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang dapat mendorong bangkitnya ekonomi di Asia. "Oleh karena itu, melalui DBS Asian Insights Conference tahun ini, kami ingin menggarisbawahi bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan potensi dan kesempatan pertumbuhan ekonomi di 2018, di tengah berbagai pembangunan yang sedang berjalan di Indonesia," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Rabu (22/11).

Adapun, Suahasil Nazara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemeterian Keuangan Republik Indonesia menyebutkan bahwa tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil dan memberikan sinyal positif, mengingat Indonesia yang berada pada jalur pertumbuhan ekonomi yang membaik.

"Apabila kita yakin pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun ini berada pada angka 5,1%-5,2%, maka dapat diproyeksikan di 2018, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada angka 5,4%," ujar Suahasil.

Peningkatan ekonomi Indonesia tahun ini merupakan hasil dari berbagai macam perbaikan yang dilakukan pemerintah, seperti perbaikan listrik di berbagai wilayah Indonesia, penekanan dwelling time, dan beberapa elemen lainnya yang dapat menjadi magnet bagi para pelaku ekspor impor. Oleh karena itu, ekonomi Indonesia pada 2018 diproyeksikan akan membaik, walaupun dengan beberapa resiko dan tantangan yang masih ada.

Sementara itu, Lili Yan Ing – Staf Khusus Bidang Isu-isu Strategis Hubungan Internasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia memaparkan bahwa negara-negara Asia,termasuk Indonesia, saat ini memegang kendali atas market share manufaktur terbesar di dunia. Indonesia berada di posisi ke-empat dalam hal market share manufaktur di dunia setelah China, Korea, dan India.

Lili mengatakan, tahun 2017 merupakan tahun dimana dunia mengalami pertumbuhan ekonomi paling tinggi setelah krisis finansial global. "Dunia mencatat pertumbuhan pada level 3,6%, negara-negara maju mencatat pertumbuhan pada 2,2%, sedangkan negara-negara berkembang mencatat pertumbuhan 4,6%, dan Indonesia mencatat 5,2% termasuk negara-negara yang paling tinggi mencatat tingkat pertumbuhan,” ujar Lili.

Salah satu faktor penyumbang tingginya angka pertumbuhan di negara-negara Asia, khususnya Asia Timur, karena adanya penerapan global value change. Masing-masing negara memproduksi barang-barang kemudian saling bertukar satu sama lain.

Lebih lanjut, Lili Yan menggarisbawahi potensi yang dimiliki Indonesia untuk menjadi pemimpin ekonomi terbesar ketiga di Asia pada 2025. Pada sektor perdagangan, salah satu faktor yang menjadi fokus pemerintah adalah bagaimana Indonesia dapat berekspansi ke negara-negara trading partners agar para pelaku usaha di Indonesia mendapatkan akses pasar dunia yang lebih luas. Dalam hal ini, pemerintah juga menekankan peran aktif dari para pihak swasta, khususnya perbankan, dalam mendukung permodalan bagi sektor manufaktur di Indonesia.

Sementara itu, pengamat ekonomi Chatib Basri mengatakan bahwa Indonesia akan melewati bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia muda dan produktif akan melonjak, dan daya konsumsinya pun tinggi. "Hal ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang saat ini telah mencapai 5% dan mempersiapkan negara kita dalam menghadapi aging population dimana populasi menua meningkat, tidak ada income bagi negara namun pengeluaran tetap harus dianggarkan. Kita harus optimis menghadapi tantangan perekonomian ini," kata Chatib.

Adapun, terkait dengan tren rupiah dalam beberapa waktu ke depan, DBS Group Research memperkirakan bahwa potensi penguatan dollar AS akan menjadi tema utama di tahun 2018. Nilai tukar dollar AS diperkirakan akan menguat kepada hampir semua mata uang dunia lainnya, termasuk rupiah. “Jadi kalaupun rupiah melemah terhadap dollar AS, ini terjadi bukan karena fundamental Indonesia yang memburuk, tetapi karena dollar AS yang menguat," ujar Ekonom DBS, Gundy Cahyadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×