Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sejumlah perbankan berbondong-bondong menawarkan produk dan layanan untuk pensiunan seperti kredit. Hal ini karena pensiunan termasuk dalam target pasar yang menjanjikan bagi perbankan, karena potensi penyaluran kredit ke pensiunan besar dan risikonya kecil.
Bank Woori Saudara atau BWS misalnya, melihat peluang target pasar pensiunan pada bank cukup besar, dimana dengan produk tabungan khusus dapat memberikan manfaat menarik, suku bunga tabungan kompetitif, persyaratan yang mudah, serta tempat penyimpanan aman dan nyaman bagi para pensiunan.
Direktur Risiko dan Kepatuhan BWS Wuryanto mengatakan, kredit pensiunan merupakan kredit andalan di BWS dan merupakan salah satu produk yang memiliki kontribusi terbesar bagi perusahaan.
"Tahun lalu saja outstanding kredit pensiunan mencapai lebih dari Rp 21,19 triliun. Pensiunan menggunakan fasilitas kredit untuk keperluan multiguna antara lain digunakan untuk keperluan usaha, untuk pembiayaan konsumtif dan untuk keperluan sehari-hari, serta dapat digunakan untuk keperluan lainnya," kata Wuryanto kepada kontan.co.id, Senin (23/6).
Baca Juga: Kualitas Kredit Perbankan Indonesia Berpotensi Turun, Bagaimana di Negara Tetangga?
Untuk saat ini, Bank Woori Saudara disebut memiliki hubungan bisnis yang baik dengan Taspen & Asabri, para pensiunan yang berasal dari kedua instansi tersebut tetap menjadi target prioritas Bank Woori Saudara. Namun, Bank Woori Saudara tidak menutup peluang untuk bekerja sama dengan pensiunan dari instansi lainnya.
"Segmen bisnis pensiunan merupakan salah satu bisnis yang menarik untuk digarap, dimana saat ini banyak Bank yang juga ikut meramaikan bisnis pensiunan ini. Untuk peluang bisnis disegmen ini masih ada ruang untuk pertumbuhan dari bisnis ini," katanya.
Sedangkan tantangan dari bisnis ini kata Wuryanto adalah terbatasnya atau menurunnya jumlah ASN dan TNI/POLRI seiring dengan kenaikan batas umur untuk pensiun dari sebelumnya 55 tahun menjadi 58 tahun.
Di sisi lain, BWS menerapkan beberapa strategi untuk menjaga resiko kredit pensiunan diantaranya, lebih selektif dalam memilih debitur dengan usia lebih muda, lebih sehat untuk memastikan bahwa pensiunan masih produktif dan mampu menyelesaikan kewajibannya terhadap bank.
Selain itu, BWS menggunakan dan memiliki sistem terintegrasi mulai dari screening dan filtering nasabah, web based monitoring & control yang keseluruhannya dilaksanakan secara disiplin dan berkelanjutan.
Bank Woori Saudara juga melakukan analisa dan backtesting, diantaranya sustainability keuangan jangka panjang dan berbagai hubungannya dengan faktor yang lain termasuk didalamnya mortality rate dan market risk exposure (karena nature produk pensiunan yang berbunga tetap dan jangka waktu yang relatif panjang.
Sampai dengan saat ini dana kelolaan tabungan pensiun BWS sekitar 20% dari total tabungan retail. Kedepan, pihaknya berharap dana kelolaan tabungan pensiun dapat meningkat seiring dengan meningkatnya layanan kepada pensiunan.
Bank BPD DIY juga menggenjot penyaluran kredit ke segmen pensiunan. Dengan pertumbuhan kredit Purnakarya cukup baik, terlihat pada bulan Mei 2025 mencapai 4,96% secara year to date (ytd) dari tahun 2024 sebesar Rp 833,6 miliar menjadi sebesar Rp 846,7 miliar pada Mei 2025.
Direktur Pemasaran dan Usaha Syariah BPD DIY, Raden Agus Trimurjanto mengatakan, potensi ini masih terbuka karena jumlah pensiunan yang pihaknya kelola/penerimaan gaji pensiun sejumlah 45.395 pensiunan, baru sebesar 13.397 orang yang menikmati kredit.
"Jadi masih ada potensi sekitar 32.000 lagi. Kemudahan mengajukan kredit diseluruh cabang terdekat, suku bunga yang kita berikan sangat kompetitif hal ini berdampak pada pertumbuhan kredit purnakarya Bank BPD DIY," kata Agus.
Sejalan dengan itu, kondisi kualitas kredit purnakarya disebut sangat baik dan dapat diukur dari Non Perfomance Loan pada angka 0,61%.
"Kami memiliki skema kredit pensiunan untuk konsumer dan produktif, namun demikian paling dominan untuk keperluan konsumtif," ucap Agus.
Hingga akhir tahun nanti, Bank BPD DIY berusaha dan optimis untuk target outstanding loan Purnakarya bisa mencapai sebesar Rp 918 miliar sebagaimana rencana bisnis bank.
Selanjutnya, ada Bank Mandiri Taspen yang juga menggenjot penyaluran kredit ke segmen pensiunan dengan lebih dari 90% portofolio kredit bank ini berasal dari para pensiunan dan calon pensiunan. Per April 2025, kredit bank ini mencapai Rp 47,40 triliun atau meningkat 10,57%.
Direktur Bisnis Bank Mandiri Taspen, Maswar Purnama mengatakan, pada tahun 2025 Bank Mandiri Taspen menargetkat pertumbuhan kredit sebesar 11,6%.
Menurut Maswar, dalam menjaga pertumbuhan kredit yang sehat dan berkelanjutan, Bank Mandiri Taspen menerapkan strategi terukur untuk meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga likuiditas tetap terkendali.
Adapun beberapa strategi yang dilakukan dalam menggenjot kredit, diantaranya, optimalisasi basis nasabah eksisting, khususnya daftar pembayaran manfaat pensiunan (Dapem non-loan) yang telah memiliki hubungan aktif dengan bank.
Selanjutnya, peningkatan kontribusi produk unggulan seperti KUR dan auto loan sebagai bagian dari diversifikasi portofolio, penguatan strategi dengan PT Taspen untuk memperluas akuisisi rekening pensiunan maupun dengan Bank Mandiri untuk menjangkau nasabah payroll yang akan memasuki masa pensiun dalam tiga tahun ke depan.
Selain itu, penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit, melalui verifikasi kesehatan yang ketat dan evaluasi berkala berdasarkan profil risiko nasabah, juga monitoring aktif terhadap nasabah non-performing sebagai bagian dari penguatan manajemen risiko dan upaya menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) tetap terkendali.
“Dengan berbagai strategi tersebut, bank meyakini bahwa aspirasi pertumbuhan kredit yang ditargetkan dapat dicapai secara terukur dengan tetap menjaga kualitas asset dan mendukung kinerja keuangan,” jelasnya.
Maswar mengatakan, saat ini Bank Mandiri Taspen memiliki 565.000 nasabah pensiunan, namun baru sekitar 300.000 yang telah menjadi debitur kredit. Artinya, masih ada sekitar 265 ribu nasabah potensial yang dapat dikonversi.
“Masih ada sekitar 200.000-an nasabah potensial, dengan loan size kita rata-rata Rp 150 juta maka, jumlah potensial kredit yang bisa kita ekspansi di sektor segmen pensiunan kurang lebih hampir Rp3 triliunan,” jelasnya.
Belum lama ini, PT Bank KB Bukopin Tbk (KB Bank) juga resmi mengambil alih bisnis kredit pensiunan PT Bank Capital Indonesia Tbk senilai Rp 1 triliun.
Wakil Direktur Utama KB Bank Robby Mondong mengatakan, segmen pensiunan adalah bagian penting dari bisnis ritel perusahaan. "Mereka (pensiunan) punya kebutuhan finansial yang khas dan perlu dilayani dengan pendekatan yang lebih humanis," katanya.
Robby juga menekankan bahwa langkah ini sejalan dengan arah bisnis KB Bank yang inklusif dan berkelanjutan. “Kami ingin memastikan para pensiunan punya akses ke pembiayaan yang adil, cepat, dan mudah. Pendekatannya tetap modern, efisien, tapi juga hangat dan manusiawi,” ujarnya.
Dengan sinergi yang kuat antara KB Bank dan Bank Capital, kolaborasi ini diharapkan mampu menghadirkan solusi keuangan yang lebih menyentuh kebutuhan masyarakat, terutama para pensiunan, serta berkontribusi bagi pertumbuhan sektor keuangan nasional.
Akuisisi kredit pensiunan Bank Capital tersebut akan semakin memperbesar portofolio kredit KB Bank. Di segmen ritel, bank ini menyediakan beragam produk kredit. Selain kredit penisunan, ada juga kredit pra pensiun, kredit kepemilikan mobil, KPR, kredit serbaguna, kredit back to back, hingga kartu kredit.
Baca Juga: BSI Genjot Ekosistem Halal dan Layanan Bullion Bank Lewat BSI International Expo 2025
Selanjutnya: IHSG Anjlok 1,74%, Simak Proyeksi Pergerakannya Besok, Selasa (24/6)
Menarik Dibaca: 5 Zodiak Paling Manipulatif yang Pandai Memengaruhi Orang Lain, Siapa Saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News