Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Begitu pun nama-nama bank yang disebut dalam laporan audit tersebut sudah bolak balik menjelaskan kondisi terkini perusahaan yang memang sudah lebih kuat.
Namun, beruntungnya meski masuk dalam kategori BUKU II, BWS menurutnya tidak mengalami kesulitan likuiditas. Malah, menurutnya perseroan memang secara sengaja melepas dana mahal (deposito) dan mengganti dengan dana murah untuk mengurangi biaya dana sekaligus termasuk strategi efisiensi untuk mendorong margin bunga bersih alias net interest margin (NIM). "Kita tidak ada isu (likuiditas) malah kita keluarkan dana-dana mahal," terangnya.
Baca Juga: Tren restrukturisasi kredit perbankan mulai menurun, ini rinciannya
Sebagai informasi, per Mei 2020 BWS mencatat DPK memang naik tipis 1,04% yoy menjadi Rp 18,01 triliun. Hal ini diakibatkan dana deposito yang turun 8,83% yoy. Ke depan, Bank BWS berharap kondisi likuiditas akan lebih longgar lagi sejalan dengan beragam stimulus yang dikeluarkan pemerintah dan regulator.
Senada, Sekretaris Perusahaan PT Bank Sumatera Utara (Bank Sumut) Syahdan Siregar juga memastikan saat ini walau dalam kondisi pandemi, posisi likuiditas perseroan masih dalam batas aman. "DPK kami per Juni 2020 sebesar Rp 27,5 triliun. Likuiditas bank dalam kondisi baik, pada kisaran AL/NCD sebesar 66%," katanya. Di samping itu, posisi LDR juga sudah lebih longgar yakni di posisi 87,6% per Mei 2020.
Sebagai gambaran informasi saja, per Mei 2020 DPK Bank Sumut tercatat sebesar Rp 25,26 triliun. Realisasi ini meningkat 5,73% dari periode setahun sebelumnya yang mencapai Rp 23,89 triliun.
Baca Juga: Gandeng Bank Mandiri, fitur Kirim Uang Bukalapak catat kenaikan transaksi 30%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News