Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakin pada 2019 kinerja industri perbankan akan melanjutkan tren positif dari tahun sebelumnya. Tahun ini, Otoritas menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 13,1%, dan dana pihak ketiga (DPK) yang juga diprediksi meningkat 8%-10%.
Selaras dengan target tersebut, bank-bank besar juga optimistis tren positif tetap berlanjut di 2019. Meski demikian, target yang dipatok sejumlah bank justru berada di bawah target OJK.
Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Tigor Siahaan menilai kondisi 2019 diprediksi akan lebih stabil dibandingkan 2018. "Yang kami harapkan pada 2019 lebih ada stabilitas. Ekspektasinya mungkin lebih stabil dibandingkan 2018," katanya usai menghadiri Pertemuan Tahunan Industri Keuangan pekan lalu di Jakarta.
Mengenai pertumbuhan kredit tahun ini, Tigor menyebutkan, pihaknya memasang target moderat di kisaran 10%-12%. Sebab, ia menilai hingga semester I 2019 penyaluran kredit masih akan melambat seiring siklus ekonomi, ditambah gelaran pemilihan umum.
"Kami berharap growth akan tetap solid, tapi ada beberapa yang diprioritaskan. Misal mortgage kami tahun lalu tumbuh 11%, kemudian SME (Small Medium Enterprise) tumbuh 8%-9%. Tahun ini kami berharap masih di kisaran yang sama. Dari corporate banking juga diharapkan bertumbuh dengan baik," lanjutnya.
Sedangkan terkait DPK, Tigor bilang, CIMN Niaga berupaya mengimbangi target pertumbuhan kredit. Pada 2018 pertumbuhan DPK CIMB sejatinya tergolong minim. Hingga November 2018, CIMB hanya mencatat kenaikan pertumbuhan DPK sebesar 0,59% menjadi Rp 170,90 triliun dibandingkan November 2017 sebesar Rp 169,74 triliun.
Hal senada disampaikan Presiden Direktur PT Bank Central Tbk (BBCA) Jahja Setoaatmadja. Meski pada 2018, pertumbuhan kredit BCA mencapai 15%, tahun ini target yang dibidik tergolong konservatif.
"Tahun lalu kami tumbuh 15%, proyeksi untuk tahun ini tetap di kisaran 10%-11%. Tapi kalau ternyata kondisinya baik ya kami mampu lebih. Modal kami cukup, likuiditas juga terjaga," katanya dalam kesempatan yang sama.
Pertumbuhan kredit konservatif yang dipatok BCA, kata Jahja, lantaran pertumbuhan DPK pada 2019 masih akan menjadi tantangan.
Salah satunya dari Saving Bond Ritel seri 005 (SBR005) yang baru dirilis pemerintah. Dengan bunga yang cukup tinggi, Jahja bilang, DPK perbankan pasti akan tergerus.
"Biasanya tiap ada SBR rata-rata 30%-40% dana keluar dari internal, karena bunganya menarik, mau tidak mau pasti ada perpindahan dana. DPK tahun ini memang akan lebih berat, makanya sulit pula jika kredit diminta agresif. Jika DPK lancar kita berani," kata Jahja.
Hingga November 2018 BCA sendiri telah menghimpun DPK hingga Rp 614,53 triliun, meningkat 6,86% (yoy) dibandingkan November 2017 sebesar Rp 575,04 triliun. Sedangkan pertumbuhan kredit BCA dalam periode yang sama tumbuh 18,81% menjadi Rp 526,93 triliun.
Meski demikian, tak semua bank besar memasang target moderat. PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (BBRI) misalnya optimistis bisa melampaui target yang dipatok OJK.
"DPK kami targetkan pertumbuhannya 11%-12%. Kredit di kisaran 12%-14% dan masih akan mengandalkan core bisnis kami di UMKM," kata Direktur Utama Suprajarto.
Sekadar catatan hingga November 2018, BRI menghimpun DPK sebesar Rp 862,69 triliun atau tumbuh 14,74% yoy. Sedangkan penyaluran kredit hingga November 2018 tumbuh 14,97% menjadi sebesar Rp 783,33 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News