kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonomi dalam fase pemulihan, bank tak akan gencar cari dana anorganik tahun ini


Kamis, 07 Januari 2021 / 18:39 WIB
Ekonomi dalam fase pemulihan, bank tak akan gencar cari dana anorganik tahun ini
ILUSTRASI. Bank Rakyat Indonesia (BRI): Suasana Bank Rakyat Indonesia (BRI). KONTAN/Baihaki.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi nasional yang ditaksir masih akan berada dalam fase pemulihan tahun ini, ditambah berlimpahnya likuiditas membuat perbankan tahun ini tak akan gencar berburu pendanaan anorganik.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya berencana tak melanjutkan rencana penerbitan Obligasi Berkelanjutan BRI III-2019 senilai total Rp 20 triliun. 

“Penerbitan obligasi sepertinya tidak, karena pemintaan kredit masih belum pulih dan likuiditas kami masih sangat baik. LDR kami saat ini berada pada level 93%,” kata Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Haru Koesmahargyo kepada Kontan.co.id, Kamis (7/1).

Perseroan sejatinya masih punya jatah penerbitan Obligasi Berkelanjutan BRI III-2019 senilai Rp 15 triliun. Adapun senilai Rp 5 triliun telah diterbitkan pada 2019 lalu. 

Tahun lalu sejatinya, BRI juga berencana melanjutkan aksi penerbitan tersebut, namun sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya. 

Baca Juga: Likuiditas mumpuni, BRI bantah rencana rights issue

Haru juga menambahkan, selain imbas pandemi tahun ini BRI akan fokus menghimpun pendanaan secara organik, terutama buat menghimpun dana murah atawa current account and saving account (CASA). 

“Pertumbuhan DPK kami targetkan tahun ini bisa mencapai 6%-7% dengan fous terhadap CASA sebagai strategi efisiensi biaya dana,” lanjutnya.

Sampai November 2020 lalu, dana pihak ketiga (DPK) bank terbesar di tanah air ini tercatat tumbuh 7,04% (ytd) menjadi Rp 1.039 triliun. Adapun komposisi dana murahnya sebesar 60,98%.

Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) Taswin Zakaria sepakat tahun ini pihaknya tak mau tergesa-gesa menghimpun dana anorganik. 

“Kami tidak mempersiapkan strategi khusus karena likuiditas perbankan juga saat ini masih cukup rendah di kisaran 90%. Meskipun memang mulai ada sinyal pemulihan ekonomi, kami melihat proteksi pertumbuhan kredit juga masih akan moderat,” jelas Taswin. 

Tahun lalu, Maybank Indonesia tercatat dua kali menerbitkan negotiable certificate deposit (NCD) pada April 2020 senilai Rp 970 miliar, dan Agustus 2020 Rp 880 miliar.

Taswin sebelumnya menjelaskan penerbitan NCD tersebut sejatinya juga bukan untuk bekal ekspansi perseroan, melainkan untuk mengantisipasi surat utang lain yang jatuh tempo. 

Adapun menilik data KSEI, tahun lalu tercatat cuma ada 12 bank yang menerbitkan instrumen surat utang dengan nilai total 13,498 trilun dan US$ 800 juta. 

Sementara Presiden Direktur PT Bank Panin Tbk (PNBN) Herwidayatmo masih belum bisa memastikan rencana penghimpunan dana anorganik oleh perseroan. 

“Masih kami pertimbangkan sembari melihat kondisi pasar,” katanya pada Kontan.co.id.

Selanjutnya: Bank Kalsel targetkan laba tumbuh 9,43% di tahun 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×