Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Haru Koesmahargyo membantah isu yang beredar soal rencana perusahaan menggelar aksi penambahan modal via rights issue.
“Tidak benar berita tersebut,” kata dia kepada Kontan.co.id, Kamis (7/1).
Sebelumnya Bloomberg melaporkan tengah menggodok rencana rights issue dengan nilai mencapai US$ 1 miliar atau setara Rp 14 triliun. Aksi ini disebut paling cepat bisa digelar pada paruh pertama 2021.
Haru menambahkan, perbankan pelat merah ini sejatinya tak sedang kekurangan pendanaan, mengingat kondisi likuiditas yang masih mumpuni. Sebab, permintaan kredit pun ditaksir Haru belum akan pulih betul tahun ini. Padahal, sepanjang 2020 lalu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BRI tumbuh mumpuni.
Pun ia menyebut rencana penerbitan obligasi bisa tak dieksekusi oleh perusahaan.
Baca Juga: Sejak akhir tahun 2020, tren restrukturisasi kredit sudah cenderung berhenti.
“Penerbitan obligasi sepertinya tidak karena pemintaan kredit masih belum pulih dan likuiditas kami masih sangat baik. LDR kami saat ini berada pada level 93%,” sambung Haru.
Asal tahu, BRI masih memiliki jatah penerbitan obligasi senilai Rp 15 triliun. Ini merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan BRI III-2019 senilai total Rp 20 triliun. Adapun senilai Rp 5 triliun telah diterbitkan pada 2019 lalu.
Tahun lalu sejatinya, BRI juga berencana melanjutkan aksi penerbit tersebut, namun sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya.
Haru juga menambahkan, selain imbas pandemi virus corona tahun ini BRI akan fokus menghimpun pendanaan secara organik, terutama buat menghimpun dana murah atawa current account and saving account (CASA).
“Pertumbuhan DPK kami targetkan tahun ini bisa mencapai 6-7% dengan fokus terhadap CASA sebagai strategi efisiensi biaya dana,” Pungkas Haru.
Selanjutnya: Harga rights issue Bank Mayapada (MAYA) dipatok Rp 400 per saham
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News