kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.193   52,26   0,73%
  • KOMPAS100 1.105   10,19   0,93%
  • LQ45 877   10,63   1,23%
  • ISSI 221   0,76   0,35%
  • IDX30 448   5,44   1,23%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 134   0,28   0,21%
  • IDXQ30 149   1,42   0,96%

Ekosistem Digital Saling Terhubung, Risiko Keamanan Siber Sektor Keuangan Meningkat


Sabtu, 10 Juni 2023 / 09:43 WIB
Ekosistem Digital Saling Terhubung, Risiko Keamanan Siber Sektor Keuangan Meningkat
ILUSTRASI. Mastel menggelar Forum?bertajuk 'Tantangan Masa Depan Keamanan Siber bagi Industri Keuangan'


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serangan siber menjadi sebuah petaka yang tidak bisa diprediksi di tengah perkembangan digitalisasi di sektor keuangan yang membuat ekosistem  digital digital saling terhubung satu sama lain. 

Oleh karena itu, pelaku industri keuangan wajib memperkuat pertahanan sistem teknolog informasi (TI) yang mereka miliki untuk mencegah serangan siber dan juga meminalkan resiko jika serangan terjadi. 

Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menilai risiko siber dari saling terhubungnya ekosistem digital sangat besar. Data atau akses yang sudah terlanjur bocor mungkin saja dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber untuk meretas pihak lainnya.

"Dalam kondisi hyperconnected seperti sekarang, insiden siber dapat menimbulkan efek kejut dan berisiko sistemik terhadap stabilitas industri keuangan di Indonesia," kata 
Ketua Umum Mastel Sarwoto Atmosutarno dalam  Breakfast Forum bertajuk "Tantangan Masa Depan Keamanan Siber bagi Industri Keuangan", belum lama ini.

Sarwoto mengatakan forum yang digelar Mastel itu merupakan wadah untuk mendengar tantangan keamanan siber yang dihadapi oleh industri dan mencari solusi yang tepat guna terkait perlindungan data serta nasabah industri keuangan.

Mastel juga melibatkan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Pertahanan, praktisi dan asosiasi dalam membahas managemen resiko siber untuk stabilitas industri keuangan. Selain itu, diskusi juga melibatkan perwakilan dari Crowe Global, praktisi berskala internasional yang sudah 11 tahun mengevaluasi keamanan siber di berbagai institusi keuangan di Indonesia. 

Dia menambahkan, risiko siber  sangat dinamis. Tantangan organisasi ke depan lebih ke arah optimalisasi sumber daya terbatas atau mahal agar efektif dan efisien dalam melindungi aset atau layanan yang paling bernilai.

Menurutnya, pada pelaku inustri baik di level individu maupun organisasi perlu mengevaluasi peran dan kesiapan terkait perlindungan data serta keamanan sistem informasi untuk menghindari implikasi sistemik dari eksploitasi kelemahan atau celah keamanan di salah satu pihak.

Senada, Ketua OJK periode 2017 – 2022 Wimboh Santoso juga menilai bahwa risiko siber tidak mudah dihadapi karena selalu berevolusi secara dinamis. Menurutnya, langkah yang dapat diterapkan dalam menekan potensi siber diantaranya dengan melakukan health check sistem pembayaran secara berkala, menerapkan best practise keamanan siber, dan menerapkan ISO yang terkait dengan keamanan siber. 

“Untuk meminimalisasi risiko siber perlu juga kerjasama seluruh pemangku kepentingan, baik nasabah, pelaku jasa keuangan dan pihak ketiga harus selalu waspada dalam menjaga transaksi, menjalankan edukasi dan sosialisasi,"  kata Wimboh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×