Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penghimpunan dana oleh usaha kecil menengah (UKM) dengan konsep penawaran saham melalui urun dana di fintech equity crowdfunding terus berlanjut. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sudah ada 111 UKM yang berhasil menghimpun dana lewat industri ini per September 2020.
“Hingga 30 September 2020, terdapat 16.965 investor yang telah menyalurkan dana senilai Rp 153,91 miliar kepada 111 issuer,” ujar Luthfy Zain Fuady, Kepala Deputi Pengawasan Pasar Modal 1A OJK dalam diskusi virtual pada Rabu (25/11).
Pendanaan itu telah dilakukan oleh tiga penyelenggara equity crowdfunding yang telah tercatat dan berizin dari OJK. Rinciannya PT Santara Daya Inspiratama (Santara) berhasil mengumpulkan dana senilai Rp 95,58 miliar dari 15.171 investor untuk 68 penerbit saham (UKM).
Lalu, PT Investasi Digital Nusantara (Bizhare) menyalurkan dana senilai Rp 29,92 miliar kepada 39 penerbit yang dihimpun dari 1.225 investor. Sedangkan PT Crowddana Teknologi Indonusa menyalurkan pendanaan kepada 4 penerbit senilai Rp 28,4 miliar dari 569 investor.
Baca Juga: Prospek investasi equity crowdfunding akan melejit selepas pandemi
Sistem kerja equity crowdfunding membantu bisnis atau proyek untuk mendapatkan dana dengan mekanisme patungan. Dana partisipasi dari investor akan dikonversi menjadi persentase kepemilikan saham.
OJK sudah mengeluarkan regulasi mengenai equity crowdfunding yang tertuang dalam POJK Nomor 37 Tahun 2018 tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi. Peraturan ini mengatur platform, investor, hingga besaran uang yang boleh dikumpulkan dari penawaran saham yang dilakukan.
Chief Business Officer Santara Krishna Wijaya menyatakan, pandemi tidak memberikan dampak kepada bisnis urunan dana. Ia menyebut, terjadi kenaikan nilai dana yang dapat dikumpukan dalam platform Santara sebesar 213% pada kuartal kedua dibandingkan kuartal pertama 2020.
“Kondisi dimana masyarakat banyak yang beraktifitas melalui work from home dan stay at home memberikan peluang bagi banyak pelaku bisnis online untuk berkembang lebih cepat, termasuk Santara sendiri,” tutur Krishna kepada Kontan.co.id pada Rabu (25/11).
Ia menyebut literasi masyarakat di pasar modal cukup rendah telah menjadi tantangan. Terlebih mengenai bisnis model layanan urun dana melalui platform equity crowdfunding. Padahal model bisnisnya merupakan duplikasi dari bursa efek.
“Kami masih melihat peluang yang baik di tahun depan, dimana menurut catatan kami, beberapa bisnis performanya mulai rebound, beberapa pivotnya berhasil, dan optimisme lainnya. Kami melihat masih banyak pelaku bisnis yang bisa bersaing, bahkan di masa pandemi ini, khususnya mereka yang sudah melek atas saluran distribusi oline, jasa kesehatan,” jelasnya.
Pada tahun depan, Santara menargetkan dapat meningkatkan volume penyaluran dana hingga empat kali lipat dari posisi saat ini. Juga memperluas produk seiring dengan upaya OJK yang tengah menyusun penawaran berbasis surat utang dan sukuk yang akan ditawarkan melalui platform equity crowdfunding.
Krishna menambahkan, per Rabu (25/11) terdapat 76 penerbit saham di platform Santara. Selain itu, total dana yang terkumpul mencapai Rp 109,64 miliar. Adapun jumlah pengguna mencapai 242.436 orang.
CEO and Founder Bizhare Heinrich Vincent menyatakaan, pada saat pandemi terjadi peningkatan permintaan investor untuk mendanai UKM hingga 100% selama April hingga September 2020. Oleh sebab itu, Birzhare fokus pada industri yang banyak diminta saat pandemi seperti sektor kesehatan.
Ia menyebut hingga saat ini melalui platform Bizhare, sebanyak 41 bisnis (penerbit) berhasil menghimpun dana senilai Rp 32,1 miliar. Adapun jumlah investor mencapai mencapai 49.500 orang. Selain itu, dividen yang telah diberikan kepada investor sebanyak Rp 2,4 miliar.
Selanjutnya: Jokowi: Fintech beri kontribusi positif bagi ekonomi nasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News