Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masalah beban bunga tinggi sudah tak lagi jadi masalah bagi perbankan digital. Meski masih dalam era suku bunga tinggi, bank digital mampu mencatatkan pertumbuhan dengan ditopang oleh pendapatan bunga bersih.
Hal tersebut tampak dalam mayoritas kinerja keuangan bank digital pada periode sembilan bulan pertama 2024. Bahkan, ada beberapa bank yang mencatatkan pendapatan bunga bersih tumbuh hingga tiga digit.
Ambil contoh, PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI) yang mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih hingga 149,4% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 677,94 miliar. Ini menopang pertumbuhan laba bersih 9,54% YoY menjadi Rp 107,13 miliar.
Bank besutan Kredivo Group ini padahal juga mengalami peningkatan beban bunga yang tinggi mencapai Rp 66,14 triliun atau naik dari periode sama tahun lalu yang senilai Rp 4,56 miliar. Ini dikarenakan Krom Bank juga menawarkan suku bunga simpanan dari 6% hingga 8,75% per tahun.
”Dengan penerapan strategi yang tepat, Krom Bank berhasil menunjukkan kinerja yang positif dan terus meningkat,” ujar Presiden Direktur Krom Bank Anton Hermawan kepada KONTAN, belum lama ini.
Baca Juga: Laba Krom Bank Indonesia (BBSI) Tumbuh 9,54% pada Kuartal III-2024
Hal yang sama juga terjadi pada PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) yang juga mencatatkan pendapatan bunga bersih senilai Rp 416 miliar. Angka tersebut juga tumbuh hingga 15,9% YoY.
Pendapatan bunga bersih yang tumbuh pun turut menopang kinerja laba anak usaha BRI ini. Di mana, Bank Raya berhasil membukukan laba bersih pada periode tersebut senilai Rp 33,9 miliar atau tumbuh menembus 130,9% YoY.
Hal tersebut pun turut diikuti meningkatnya Net Interest Margin (NIM) yang dimiliki oleh Bank Raya. Per September 2024, NIM Bank Raya ada di level 4,35% atau naik 55 basis poin secara tahunan.
Direktur Utama Bank Raya Ida Bagus Ketut bilang fundamental perusahaan yang membaik melahirkan optimisme bagi Bank Raya. Ia melihat ada potensi bagi bank untuk menuju pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan melalui pemetaan bisnis yang tepat.
”Ditambah optimalisasi strategi produk yang shorter, faster, smaller, kami yakin dapat terus tumbuh dan berkembang menjadi bank digital yang tangguh dan tumbuh sehat,” ujar Bagus.
Baca Juga: Bank Raya Salurkan Kredit Pinang Dana Talangan Rp 10,27 Triliun per Agustus 2024
Contoh lainnya ada pada PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang juga mampu meningkatkan pendapatan bunga bersih dari Rp 756,77 miliar di September 2023 menjadi Rp 818,69 miliar. Artinya, ada peningkatan sekitar 8,18% YoY.
Sayangnya, bank milik CT Group ini harus melakukan pencadangan yang lebih besar di periode ini. Di mana, beban pencadangan yang dikeluarkan Allo Bank meningkat 180,79% YoY menjadi Rp 53,78 miliar.
Alhasil, Allo Bank harus rela hanya membukukan laba bersih selama periode sembilan bulan 2024 senilai Rp 302,59 miliar. Capaian ini merosot 10.69% jika dibandingkan periode sama tahun lalu.
Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo bilang memang menyadari bahwa biaya operasional menjadi penyebab turunnya laba di periode ini. Namun, ia menilai bisnis inti Allo Bank tetap kuat dengan adanya peningkatan pendapatan bunga bersih.
”Ke depan, kami akan berusaha meningkatkan cost discipline dalam semua aspek operasional kami,” ujar Indra, Jumat (1/11).
Baca Juga: Laba Bersih Allo Bank (BBHI) Turun 10,69% Jadi Rp 303 Miliar Hingga Kuartal III-2024
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus bilang kinerja bank digital yang kian konsisten mencatat profitabilitas belum cukup untuk membuat saham bank digital bakal tumbuh dikit.
Menurutnya, investor menunggu inovasi-inovasi terbaru dari bank digital yang setidaknya menjadi pembeda dengan bank konvensional. Sebab, menurutnya, prospek bank digital di masa depan sangat besar.
Ambil contoh, ia melihat Bank Raya seharusnya bisa lebih melakukan penetrasi yang lebih besar di industri keuangan. Mengingat, bank tersebut didukung oleh bank besar yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).
”Kalau cuma didukung dengan BRI itu tidak cukup kalau Bank Raya tidak memanfaatkan ekosistem yang ada dan mengakuisisi nasabah lebih banyak,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News