Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) menyampaikan, pengguna bisnis Buy Now Paylater (BNPL) di Indonesia didominasi oleh generasi milenial (kelahiran tahun 1981-1996) yang mencapai 48,27% terhadap total keseluruhan pengguna, per November 2024.
Direktur Utama IdScore, Tan Glant Saputrahadi menjelaskan, generasi Z (kelahiran tahun 1997-2012) menduduki posisi kedua sebagai kelompok debitur BNPL terbesar mencapai sekitar 39,94%. Terakhir yaitu generasi X (kelahiran tahun 1965-1980) yang mencapai 11,35% per November 2024.
"Dari total keseluruhan pengguna BNPL, pengguna perempuan mendominasi sekitar 58,64% terhadap total pengguna, sisanya pengguna laki-laki," kata Tan Glant saat Media Gathering di Jakarta, Kamis (16/1).
Baca Juga: IdScore Proyeksikan Bisnis Buy Now Paylater (BNPL) Tumbuh 30% pada 2025
Sementara itu, Tan Glant menjelaskan, tren Non Performing Loan (NPL) dari BNPL terus menurun hingga 3,21% per November 2024 dari titik tertinggi 6,66% pada September 2023. Penurunan signifikan ini didorong oleh perbaikan kualitas portofolio kredit dan akuisisi kredit, terutama di sektor Fintech P2P Lending/LPBBTI serta semakin tingginya Bank Buku IV yang terjun ke industri ini.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi portofolio kredit BNPL antara lain adalah BI Rate, inflasi, indeks konsumsi rumah tangga, dan tingkat NPL. "Dengan pengelolaan yang baik terhadap faktor-faktor tersebut, pertumbuhan industri BNPL diharapkan dapat terus berkelanjutan dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional," tuturnya.
Di sepanjang tahun 2025, IdScore memproyeksikan bisnis Buy Now Paylater (BNPL) akan tumbuh sebesar 30% dari prognosa di sepanjang tahun sebelumnya atau 2024 senilai Rp 36,43 triliun.
Adapun hingga hingga November 2024, pertumbuhan fasilitas BNPL tercatat sebesar 24,53% secara YoY dengan total nilai portofolio kredit mencapai Rp 35,14 triliun.
"Angka ini mengindikasikan bahwa perilaku konsumtif masyarakat masih tinggi. Bank umum juga semakin agresif memasuki bisnis BNPL, dengan pertumbuhan yang signifikan mencapai 68,24% YoY," kata Glant.
Baca Juga: Pinjaman Buy Now Paylater Melonjak Menjadi Rp 33,84 Triliun per Oktober 2024
Glant menilai bahwa bisnis BNPL saat ini semakin diterima dan diintegrasikan ke dalam layanan perbankan konvensional. Adapun ia juga menyampaikan sejumlah faktor mengapa bisnis paylater di Indonesia lebih cepat tumbuh.
Salah satu faktornya yakni fleksibilitas, kenyamanan, serta promo menarik yang terus ditawarkan. Kemudian, kemudahan (instant approval), UIUX yang relevan dengan kalangan muda, serta terintegrasi dengan online merchant atau e-commerce juga menjadi salah satu faktor pendukungnya.
Lebih lanjut, Glant menjelaskan, meskipun penetrasi BNPL masih terkontraksi di pulau Jawa terutama wilayah Jabodetabek dengan share mencapai 31,71%, potensi pertumbuhan di wilayah lain masih sangat besar.
IdScore mencermati, tujuan transaksi dari fasilitas BNPL di Indonesia digunakan untuk transaksi lain-lain seperti pembayaran QRIS tercatat sebanyak 41,9% terhadap total nilai transaksi, diikuti oleh pembelian e-commerce sebesar 33%, pembelian tiket termasuk travel sebesar 21,1%, dan pembelian langsung di toko sebesar 4%.
Selanjutnya: Openspace Venture Kelola Aset Sebesar US$ 800 Juta, Ini Rencana Bisnisnya
Menarik Dibaca: Susu dan 4 Minuman Penyebab Jerawat yang Tidak Boleh Dikonsumsi Berlebihan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News