Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham bank mini bergerak liar tahun ini di tengah sentimen penambahan modal dan euforia bank digital.
Tak tanggung-tanggung, bahkan ada bank yang telah mencetak kenaikan harga saham hingga ribuan persen terhitung sejak akhir tahun lalu. Investor yang sudah masuk di saham harga masih di bawah tentu sudah meraup cuan besar.
Saham PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) misalnya telah moroket 1.040% secara year to date (ytd) hingga 9 Agustus 2021 dan dalam sepekan terakhir masih tetap bergerak liar dengan kenaikan 59,2%. PT Bank Allo Indonesia Tbk (BBHI) meroket lebih tinggi hingga 1,643,9% secara ytd, namun dalam sepekan terakhir gerakannya sudah mulai landai yakni naik 1,1%.
Dalam seminggu terakhir, saham PT Bank PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) dan PT Bank Bisnis Internasional Tk (BBSI) tercatat paling bergerak liar dengan kenaikan masing-masing sebesar 87,5% dan 56%.
Baca Juga: Saham Bank Kecil Masih Tersengat Eforia Digital
Gerakan liar saham-saham bank mini ini tak ada sangkut pautnya dengan prospek fundamentalnya. Kalau dilihat dari kinerjanya, tak sedikit bank yang masih merugi.
Contohnya, PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) dan BBYB tercatat menanggung rugi bersih masing-masing Rp 3,1 miliar dan Rp 50,2 miliar per maret 2021. Sementara yang lain banyak yang mengalami penurunan tajam.
Pergerakan saham-saham bank mini ini kontras dengan bank-bank jumbo yang justru jadi lagard atau pemberat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Per 9 Agustus 2021, saham BBCA masih turun 8,4% secara ytd, BBNI turun 19,4%, BMRI turun 8,3%, dan BBRI turun 7,7%.
Padahal, bank-bank besar sudah memulai proses transformasi digital sebelum pandemi Covid-19 mencuat. Bahkan, BBCA dan BBRI akan memiliki anak usaha khusus jadi bank digital.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, pergerakan liar tersebut didorong oleh ekspektasi investor yang terlalu tinggi terhadap transformasi bank-bank kecil menjadi bank digital.
"Bila melihat kapitalisasi yang sangat luar biasa dari perusahaan-perusahaan berbasis digital maka ada harapan bank digital juga akan cepat berkembang bisnisnya," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (9/8).
Namun, Trioksa mengingatkan bahwa transformasi digital tidak hanya dilakukan oleh bank mini. Bank-bank besar konvensional juga sudah mengarah ke bisnis digital. Oleh karena itu, perlu untuk memperhatikan lebih jauh kinerja bank-bank kecil tersebut karena sebagian besar masih mengalami rugi.
Secara umum, dia melihat prospek bisnis perbankan dan keuangan ke depan akan mengarah ke digitalisasi. Sehingga persaingan bisnis digital akan sangat ketat dan semakin kompetitif.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy melihat prospek fundamental bank-bank mini sejatinya terbatas. Sebabnya, masyarakat yang memiliki uang banyak akan tetap lebih percaya menaruh dananya di bank-bank besar.
Sedangkan investor muda dan milenial yang menjadi target market bank-bank mini yang akan jadi bank digital umumnya memiliki dana terbatas.
Budi mengatakan saham bank-bank mini yang bakal jadi bank digital saat ini sudah sangat kemahalan. Menurutnya, ada kemungkinan yang melakukan jual beli saham bank-bank tersebut adalah kalangan terbatas dan investor ritel yang ikut-ikutan karena terpengaruh aksi pom-pom saham.
Baca Juga: Asing banyak memburu saham-saham ini di tengah penurunan IHSG kemarin
Perkiraannya, pergerakan liar saham bank mini tersebut akan berakhir sampai investor saham besar keluar dan menjual barangnya di pasar atau sampai eforia saham bank digital berakhir.
Saran Budi, jika investor ritel ingin masuk ke saham bank mini silakan saja asalkan untuk trading. Selain itu, trading sebaiknya jangan di lakukan di satu saham saja tetapi disebar di beberapa bank.
"Sedangkan untuk investasi jangka menengah dan panjang, tetap lebih aman jika membeli sahma-saham bank BUKU 4 yang memiliki kapitalisasi besar atau minimal BUKU 3," pungkasnya.
Selanjutnya: Laba masih turun, begini pergerakan harga saham emiten industri keuangan non bank
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News